Mahasiswa asal Sekolah Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STIKIP) Bima ini memang tergolong nekad. Ia dan seorang temannya tak mau
melakukan perjalanan jalur udara karena biayanya dianggap terlalu mahal. Mereka
lebih memilih menggunakan kapal laut, dengan ongkos seadanya.
Kedatangan David ke Banjarmasin bukannya tanpa
tujuan. Ia diundang oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Lambung
Mangkurat untuk menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Forum Lembaga
Legislatif Mahasiswa Indonesia (FL2MI) bersama 60 Universitas lainnya di
Indonesia. “Karena kawan-kawan aktivis mahasiswa di Banjarmasin mengundang untuk
rakernas dan aksi, maka kami datang ke sini, bagaimanapun caranya,” kata David.
Kemarin David dan sekitar seratus mahasiswa peserta
rakernas FL2MI juga melakukan aksi demonstrasi di kantor DPRD Kota Banjarmasin
dan DPRD Kalimantan Selatan. Mereka menyampaikan aspirasi agar anggota DPRD tak
hanya makan gaji buta. Namun harus menjalankan amanah dari rakyat yang sudah
memilih. “Saya ke Banjarmasin sekalian aksi sama teman-teman aktivis mahasiswa,”
ujarnya.
David menceritakan pengalamannya selama melakukan
perjalanan jalur laut. Menurutnya selama satu minggu berada dalam kapal laut,
gelombang cukup tinggi dan menyeramkan. Ia bahkan beberapa hari tak bisa tidur
karena gelombang membuat kapal bergoyang cukup kuat. “Seram juga rasanya, kapal
bergoyang tak beraturan cukup lama. Saya sampai tak bisa tidur,” kisahnya.
Dari NTB selama tiga hari perjalanan, David sampai
di pelabuhan Makassar, baru kemudian melanjutkan perjalanan ke Batulicin,
Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Untuk urusan mandi, mencuci dan
makan terpaksa harus seadanya. Karena tak membawa baju cukup banyak, David
mencuci baju di kapal laut. “Nyuci di Kapal saja, kalau tidak, gak punya baju
lagi,” tuturnya.
Untuk ongkos keberangkatan ke Banjarnasin, David
mengakui memang diberikan khusus oleh
pihak Universitas. Namun itu hanya ongkos kapal laut, sedangkan untuk makan
dan lain-lain selama berada di
Banjarmasin ditanggung sendiri olehnya. Demi ke Banjarmasin, David rela merogoh
kocek uang sakunya untuk kuliah. “Ya gak apa-apa, namanya juga perjuangan.
Mahasiswa gak boleh Cuma diam, harus mengembangkan wawasan dan berpetualang,” tuturnya
sambil tertawa.
Selama di Banjamasin. David mengaku puas, karena
bisa menyampaikan aspirasi mahasiswa kepada para wakil rakyat yang ada di DPRD
Kota Banjarmasin dan DPRD Kalsel. Ia berharap para mahasiswa di Kalsel bisa
lebih pro aktif dalam permasalahan daerah. Harus membela rakyat dan rajin
mengawasi kinerja pemerintah dan para wakil rakyat di DPRD. “Jangan sampai
mahasiswa lebih mementingkan senang-senang saja. Harus peka dengan nasib rakyat
dan lingkungan sekitar,” pungkasnya.(stp/mb)