BANJARMASIN, (5/10/2014)
- Bekantan sebagai maskot Kalimantan Selatan ternyata terancam populasi
dan habitatnya. Ini membuat para aktivis lingkungan hidup di empat
negara turun tangan "menyelamatkan" bekantan. Mereka dari Amerika,
Inggris, Kanada, dan Australia.
Ini terungkap, saat empat perwakilan aktivis lingkungan hidup dari empat negara itu melakukan pembicaraan dengan Rektor Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Prof Sutarto Hadi, Guru Besar Fakultas Kehutanan Prof Arif Sujoto, dan Anggota DPRD Kalsel Zulva Asma Fikra.
Hingga saat ini, populasi Bekantan di Kalsel hanya sekitar 3600 ekor. Ini semakin diperparah dengan menyusutnya habitat Bekantan di Kalsel. Habitat Bekantan di Kalsel, khususnya di daerah Kabupaten Barito Kuala terancam, akibat aktivitas perkebunan kelapa sawit dan tambang. "Insya Allah Unlam selalu mendukung kegiatan ini, karena ini berkaitan dengan keilmuan dan membantu pelestarian hewan langka maskot daerah kita di banua," kata Prof Sutarto Hadi, Rektor Unlam di hadapan para aktivis lingkungan hidup empat negara, dan ketua Sahabat Bekantan Indonesia.
Ia juga menyarankan, program pelestarian Bekantan ini bisa dibuat lebih inovatif. Misalnya saja dibuat ekowisata Bekantan, sehingga penelitian bisa lebih fokus dilaksanakan, sekaligus mengundang wisatawan domestik dan luar negeri. "Sangat sayang kalau tidak dibuat semacam ekowisata di daerah kita," ujarnya.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kehutanan, Prof Arif Sujoto menyarankan perkebunan kelapa sawit agar dimoratorium (dihentikan sementara), karena sangat menggangu habitat dan populasi hewan Bekantan. Hasil penelitiannya bersama dengan Pusat Studi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia (BIODIVERSITAS INDONESIA), banyak habitat Bekantan berkurang karena dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit. "Hentikan saja dulu, sangat mengganggu habitat dan populasi Bekantan," urainya.
Saat ini, pihaknya, kata Prof Arif, bersama-sama dengan para aktivis lingkungan di empat negara, berusaha mengembangkan lokasi pelestarian Bekantan di Pulau Bakut, Kabupaten Batola. Tepatnya berada di bawah jembatan Barito. Di sana, akan dikembangkan semacam ekowisata yang terpadu.
Kenapa jadi memilih pulau Bakut? Karena di sana lah populasi terbesar Bekantan Kalsel. Untuk di Pulau Kaget (Pulau Kembang) populasi Bekantan sudah sangat sedikit, dan lebih banyak monyet biasa. Sehingga Pulau Bakut lebih dianggap layak. "Untuk dana, sementara ini dari pribadi para aktivis lingkungan hidup empat negara itu, ke depan kita akan adakan MoU dengan Unlam," paparnya.
Sementara itu, Ketua Sahabat Bekantan Indonesia, Amalia Rezeki mengatakan, pihaknya sudah melaksanakan beberapa program untuk pelestarian Bekantan. Salah satunya adalah pengangkatan duta Pelestarian Bekantan. Tak tanggung-tanggung, duta tersebut adalah orang Australia, yang akan mempromosikan pelestarian Bekantan di dunia. "Ada dari Australia, namanya Jasmine Vink, dia adalah duta pelestarian Bekantan di Autsralia," kata dia,
Terpisah, Zulva Asma Fikra, anggota DPRD Kalsel yang juga dosen di salah satu perguruan tinggi di Kalsel turut membantu program tersebut. Maklum saja, politisi yang satu ini sudah sejak lama berkecimpung menjadi aktivis lingkungan hidup, bahkan sebelum menjadi wakil rakyat seperti saat ini. "Kita akan bantu dan dukung sekuat tenaga, karena Bekantan ini hewan langka dan maskot daerah kita," tandas politisi pro lingkungan hidup ini. (stp/mb)
Ini terungkap, saat empat perwakilan aktivis lingkungan hidup dari empat negara itu melakukan pembicaraan dengan Rektor Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Prof Sutarto Hadi, Guru Besar Fakultas Kehutanan Prof Arif Sujoto, dan Anggota DPRD Kalsel Zulva Asma Fikra.
Hingga saat ini, populasi Bekantan di Kalsel hanya sekitar 3600 ekor. Ini semakin diperparah dengan menyusutnya habitat Bekantan di Kalsel. Habitat Bekantan di Kalsel, khususnya di daerah Kabupaten Barito Kuala terancam, akibat aktivitas perkebunan kelapa sawit dan tambang. "Insya Allah Unlam selalu mendukung kegiatan ini, karena ini berkaitan dengan keilmuan dan membantu pelestarian hewan langka maskot daerah kita di banua," kata Prof Sutarto Hadi, Rektor Unlam di hadapan para aktivis lingkungan hidup empat negara, dan ketua Sahabat Bekantan Indonesia.
Ia juga menyarankan, program pelestarian Bekantan ini bisa dibuat lebih inovatif. Misalnya saja dibuat ekowisata Bekantan, sehingga penelitian bisa lebih fokus dilaksanakan, sekaligus mengundang wisatawan domestik dan luar negeri. "Sangat sayang kalau tidak dibuat semacam ekowisata di daerah kita," ujarnya.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kehutanan, Prof Arif Sujoto menyarankan perkebunan kelapa sawit agar dimoratorium (dihentikan sementara), karena sangat menggangu habitat dan populasi hewan Bekantan. Hasil penelitiannya bersama dengan Pusat Studi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia (BIODIVERSITAS INDONESIA), banyak habitat Bekantan berkurang karena dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit. "Hentikan saja dulu, sangat mengganggu habitat dan populasi Bekantan," urainya.
Saat ini, pihaknya, kata Prof Arif, bersama-sama dengan para aktivis lingkungan di empat negara, berusaha mengembangkan lokasi pelestarian Bekantan di Pulau Bakut, Kabupaten Batola. Tepatnya berada di bawah jembatan Barito. Di sana, akan dikembangkan semacam ekowisata yang terpadu.
Kenapa jadi memilih pulau Bakut? Karena di sana lah populasi terbesar Bekantan Kalsel. Untuk di Pulau Kaget (Pulau Kembang) populasi Bekantan sudah sangat sedikit, dan lebih banyak monyet biasa. Sehingga Pulau Bakut lebih dianggap layak. "Untuk dana, sementara ini dari pribadi para aktivis lingkungan hidup empat negara itu, ke depan kita akan adakan MoU dengan Unlam," paparnya.
Sementara itu, Ketua Sahabat Bekantan Indonesia, Amalia Rezeki mengatakan, pihaknya sudah melaksanakan beberapa program untuk pelestarian Bekantan. Salah satunya adalah pengangkatan duta Pelestarian Bekantan. Tak tanggung-tanggung, duta tersebut adalah orang Australia, yang akan mempromosikan pelestarian Bekantan di dunia. "Ada dari Australia, namanya Jasmine Vink, dia adalah duta pelestarian Bekantan di Autsralia," kata dia,
Terpisah, Zulva Asma Fikra, anggota DPRD Kalsel yang juga dosen di salah satu perguruan tinggi di Kalsel turut membantu program tersebut. Maklum saja, politisi yang satu ini sudah sejak lama berkecimpung menjadi aktivis lingkungan hidup, bahkan sebelum menjadi wakil rakyat seperti saat ini. "Kita akan bantu dan dukung sekuat tenaga, karena Bekantan ini hewan langka dan maskot daerah kita," tandas politisi pro lingkungan hidup ini. (stp/mb)