BANJARMASIN - Kabar kurang menggembirakan bagi masyarakat Kalimantan Selatan, kabut asap diprediksi akan semakin parah. Hotspot (titik api) sudah mencapai 1.135 titik, hingga Senin (6/10) lalu. Kondisi ini membahayakan kesehatan masyarakat, karena bisa mengakibatkan infeksi saluran pernapasan (ISPA).
Kondisi udara kota Banjarmasin Selasa (7/10) misalnya, sudah terasa berbau asap. Bahkan langit dipenuhi dengan kabut asap, menyebabkan sinar matahari tak bisa tembus, seperti mendung. Kondisi lebih parah terjadi di Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru. Kabut asap sampai masuk ke dalam rumah warga. "Baru bangun tidur, pagi-pagi sudah bau asap. Sangat mengganggu sekali karena masuk ke dalam rumah," kata Hermawan, warga Banjarbaru.
ILUSTRASI-Sholat Istisqo untuk meminta hujan. |
Sementara itu, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kalimantan Selatan, Suriadi kepada Mata Banua menjelaskan bahwa hotspot di Kalimantan Selatan sudah mencapai 1.135 titik. Jumlah ini jelas cukup mengkhawatirkan. Bahkan ada beberapa titik api kecil yang tak terdeteksi oleh satelit NOAA. "Titik api yang kecil-kecil ini malah banyak tak terdeteksi, dan menimbulkan kabut asap," kata dia.
Dikatakannya, BPBD Kalimantan Selatan masih menunggu pesawat Hercules milik TNI AU untuk melaksanakan hujan buatan. Sekarang ini pesawat Hercules masih berada di Surbaya, dan kemungkinan hari ini akan segera terbang ke Banjarmasin. "Mudahan bisa cepat digunakan," lanjutnya.
Dipaparkannya, titik api paling banyak ada di Kabupaten Banjar sebanyak 215 titik, lalu di Kotabaru 167 titik. Tanah laut mencapai 143 titik, dan Tapin 132 titik. Jumlah keseluruhan titik api di Kalimantan Selatan hingga Oktober 2014 mencapai 1.135 titik. Jumlah ini diprediksi akan semakin bertambah hingga Desember nanti. "Ini masih bisa kembali bertambah," imbuhnya.
Sebelumnya, Tim dari BPBD Kalimantan Selatan, terpaksa mengadukan masalah ini ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta. "Kami sudah menghadap langsung ke BNPB di Jakarta. Kami minta hujan buatan segeral dilaksanakan, karena kondisinya sudah mencemaskan," kata Suriadi.
Dibeberkannya, BNPB menjanjikan, dalam satu minggu ke depan proses teknologi modifikasi cuaca (TMC) hujan buatan sudah bisa dilaksanakan dengan pesawat Hercules. Termasuk dengan garam natrium chlorida sebagai bahan baku yang ditebar ke awan untuk mempercepat hujan. "Kami sudah mendesak agar hujan buatan secepatnya dilakukan," pungkasnya. (stp/mb)