Dari dua kata di atas, manakah yang menurut Anda lebih populer? Saya yakin sebagian besar dari Anda akan menjawab: Passion. Passion memang jauh lebih populer dari pada calling. Passion bahkan sudah menjadi kosa kata kita sehari-hari. Kita harus menemukan passion dan bekerja sesuai dengan passion kita. Kalimat ini sering kita dengar dalam percakapan di banyak kantor maupun di berbagai seminar motivasi.
Passion memang merupakan salah satu kata kunci kesuksesan. Orang yang melakukan pekerjaan sesuai passion nya akan selalu penuh semangat dan tak kenal menyerah. Tapi tahukah Anda bahwa yang kita cari di dunia ini sesungguhnya bukan sekedar kesuksesan tetapi adalah kebahagiaan? Dan tahukah Anda bahwa untuk mencapai kebahagiaan memiliki passion saja belumlah memadai. Untuk bahagia kita harus melakukan pekerjaan sesuai calling kita.
Banyak orang yang tak bisa membedakan calling dan passion padahal keduanya sungguhlah berbeda. Salah satunya, passion adalah apa yang kita sukai, sementara calling adalah apa yang Tuhan ingin kita lakukan. Passion adalah maunya kita sedangkan calling adalah maunya Tuhan.
Merenungkan perbedaan ini saja akan menghasilkan perubahan yang sungguh besar dalam diri Anda. Melakukan “maunya kita” akan menghasilkan paradigma yang berbeda, tetapi melakukan “maunya Tuhan” akan menghasilkan paradigma yang jauh lebih indah, lebih lengkap dan lebih komprehensif. Dengan memikirnya “maunya Tuhan” Anda akan melihat dunia ini dengan lebih jernih dan lebih holistik.
Alangkah indahnya hidup ini kalau kita bisa bekerja sesuai passion kita, tetapi persoalannya adalah apa benar apa yang kita inginkan itu sama dengan apa yang diinginkan Tuhan? Disinilah letak persoalannya. Padahal dalam kerangka yang lebih luas kita mestinya menyadari bahwa kita tidak lahir ke dunia ini karena kemauan kita sendiri. Kita ada karena Tuhan mengutus kita. Oleh karena itu ketika merumuskan apa yang akan kita lakukan di dunia ini kita harus senantiasa mengembalikan segala sesuatunya kepada Tuhan, karena Tuhanlah Yang Maha Tahu mengenai untuk apa kita dikirimkan-Nya ke dunia ini.
MEMAHAMI MAUNYA TUHAN
Persoalannya, bagaimana cara kita mengetahui maunya Tuhan? Padahal Tuhan kan tidak berbicara kepada kita secara langsung.
Marilah kita dudukkan hal ini dengan benar. Tuhan memang tidak berbicara langsung kepada kita karena kita bukanlah Nabi dan Rasul-Nya. Tetapi dengan mengatakan seperti ini, apakah lantas berarti bahwa Tuhan sama sekali tidak berkomunikasi dengan kita?
Disinilah letak persoalannya. Kita harus mengerti cara komunikasi Tuhan. Tuhan sesungguhnya senantiasa mengkomunikasikan segala sesuatu kepada manusia. Fakta bahwa Tuhan tidak berbicara langsung, sama sekali bukan berarti bahwa Dia tidak berkomunikasi.
Ada dua cara Tuhan berkomunikasi dengan kita. Pertama adalah melalui ayat-ayatnya di dalam kitab suci. Kedua adalah melalui “ayat-ayat” Nya yang bertebaran di alam semesta ini. Bukankah dengan menciptakan alam semesta lengkap dengan segala isinya sesungguhnya Tuhan ingin mengkomunikasikan pesan bahwa Ia ada dan Maha Besar? Bukankah dengan menjadikan siang dan malam Tuhan menginginkan kita untuk bekerja dan di siang hari dan beristirahat di malam hari? Bukankah dengan menciptakan ketertarikan antara pria dan wanita Tuhan sedang berpesan untuk membangun rumah tangga dan menciptakan generasi baru yang bermanfaat bagi orang banyak?
Jadi Tuhan sesungguhnya selalu berkomunikasi kepada kita. Namun karena komunikasinya tidak dalam bentuk pembicaraan langsung maka kita sering tidak “merasa” bahwa Ia sedang berkomunikasi. Padahal Tuhan adalah Yang Maha Berkomunikasi. Segala yang ada di makro kosmos dan mikro kosmos adalah bentuk komunikasi Tuhan. Tugas kita adalah menyadari hal itu (karena banyak orang yang tidak menyadarinya) dan menangkap apa yang ingin disampaikan Tuhan kepada kita.
Maka ketika berbicara mengenai calling sesungguhnya keahlian terpenting yang perlu kita miliki adalah keahlian dalam menangkap apa pesan Tuhan dan apa maunya Tuhan. Mungkin Anda mengatakan bahwa bukankah passion itu merupakan isyarat dari alam semesta bahwa kita sebenarnya ditakdirkan untuk melakukan pekerjaan tersebut? Apa yang Anda katakan ini sungguh tepat. Passion memang merupakan isyarat dari alam mengenai misi suci Anda, tetapi yang ingin saya katakan disini adalah bahwa passion itu berbeda dengan calling. Passion hanya merupakan satu dari empat unsur calling.
“Passion itu berbeda dengan calling. Passion hanya merupakan satu dari empat unsur calling.”
EMPAT UNSUR CALLING
Unsur calling yang pertama adalah Bakat (Talent). Bakat adalah sesuatu yang dapat kita lakukan tanpa melalui latihan atau program pengembangan yang khusus. Bakat adalah hadiah yang kita bawa sejak kita lahir ke dunia ini. Bakat adalah sesuatu pekerjaan yang sulit bagi orang lain tetapi mudah bagi Anda. Ini sesungguhnya adalah satu bentuk komunikasi Tuhan kepada kita.
Unsur kedua adalah Passion. Inilah yang sedang kita bicarakan. Passion bukanlah tentang apa yang kita bisa, tetapi apa yang kita suka. Passion adalah sesuatu yang kita senang melakukannya, dan sering membuat kita lupa waktu. Passion akan membuat kita selalu rindu melakukan pekerjaan itu dan membuat semua energi kita tercurah ketika melakukannya. Ini adalah bentuk komunikasi Tuhan selain dari bakat.
Tetapi unsur calling sesungguhnya bukan hanya bakat dan passion. Masih ada dua unsur lagi yang membentuk calling yaitu value dan legacy. Value adalah nilai-nilai yang ingin kita perjuangkan di dunia ini. Ada orang yang ingin memperjuangkan nilai bahwa “manusia adalah aset terpenting perusahaan”. Ada yang mengusung nilai “pentingnya kepercayan (trust) dalam perusahaan”. Ada orang yang mengusung nilai-nilai “keadilan dan kebenaran” dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk merumuskan calling, kita harus menemukan apa nilai-nilai yang ingin kita perjuangkan dalam hidup kita. Nilai-nilai ini berasal dari dalam dan menunjukkan apa yang Tuhan inginkan dari diri kita.
Unsur calling yang terakhir adalah Legacy. Legacy adalah apa yang ingin kita wariskan di dunia ini. Ketika meninggal dunia nanti kita ingin dikenang sebagai apa?
Legacy merupakan sebuah kata penutup dari unsur-unsur calling. Dengan menanyakan legacy maka kita akan mendapatkan pencerahan yang luar biasa mengenai apa yang sesungguhnya menjadi calling kita. Hal ini penting kita garis bawahi karena boleh jadi sesuatu itu merupakan bakat sekaligus passion kita tetapi bukan hal itulah yang ingin kita tinggalkan di dunia ini sebagai hasil karya kita.
Saya ingin menggunakan diri saya sebagai contoh hal ini. Saya sangat suka bernyanyi dan bermain musik. Saya merasakan bakat yang cukup kuat, saya juga suka melakukannya dan meluangkan waktu cukup banyak untuk hal itu. Tetapi apakah kalau saya meninggal nanti saya ingin dikenang sebagai penyanyi atau pemain musik? Sama sekali tidak. Saya ingin dikenang sebagai Sang Pencerah. Manfaat yang ingin saya tinggalkan di dunia ini bukanlah adalah buku, program, acara yang bisa mencerahkan dan mengubah hidup banyak orang. Musik dan kesenian hanyalah bakat dan passion saya. Tetapi menjadi seorang motivator dan Sang Pencerah adalah bakat, passion, values dan legacy saya sekaligus. Menjadi Sang Pencerah adalah calling terindah bagi saya.
Arvan Pradiansyah
Happiness Inspirer
source: www.ArvanPradiansyah.com
Image: http://workcompass.com/passion-versus-smarts/
Posting Komentar