Abdullah bin umar r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda : Kalian semuanya pemimpin (pemelihara) dan bertannggungjawab terhadap rakyatnya. Seorang Amir (raja) memelihara rakyat dan akan ditanya tentang pemeliharaannya. Seorang suami memimpin keluarganya dan akan ditanya tentang pimpinannya. Seorang Ibu memimpin rumah suaminya, dan anak-anaknya dan akan ditanya tentang pimpinannya. Seorang hamba (buruh) memelihara harta milik majikannya dan akan ditanya tentang pemeliharaannya. (Bukhari dan Muslim)
Hadits ini jelas bahwa setiap manusia adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban. Baik secara pribadi atau masyarakat, inilah amanat yang akan dimintai pertanggungjawaban baik dalam masyarakat atau di hadapan Allah kelak. Tak seorangpun mampu melepaskan diri dari tanggungjawabnya. Dia harus benar-benar waspada dan hati-hati, bersikap adil, bijaksana dalam bertugas.
Karena itulah seorang pemimpin sejogyanya mengerti tentang pengertian pemimpin itu sendiri, tujuan dan betapa pentingnya tugas pemimpin itu. dia tak hanya membawa satu orang tapi seluruh warga di bawah kepemimpinannya. Jika seorang pemimpin itu tanggung jawab dan berdesikasi. InsyaAllah rakyat akan merasa tenang tidak banyak protes di sana-sini.
Menjadi pemimpin haruslah memberi teladan yang baik agar tidak menimbulkan kesalahfahaman bahkan negatif di mata publik.
Seorang pemimpin mestinya bersikap amanah, komitmen dengan ikrar sumpahnya baik yang diucapkan kala pelantikan atau pun kala mencari dukungan agar dirinya menjadi pemimpin. Meskipun sebenarnya seorang Muslim dilarang mencari dukungan untuk meraih kekuasaan.
Amanah berarti bisa dipercaya atau dapat diandalkan. Sebagaimana kepemimpinan seorang Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan maupun Sayyidina Ali. Mereka adalah tipe pemimpin yang untuk diri dan keluarganya tidak begitu ingin dlayani, tetapi justru sebaliknya. Sangat ingin melayani rakyat dan umatnya.
Bahkan, Umar rela tidur di atas pasir dengan hanya beralas pelepah kurma demi menjaga sikap amanah. Ketika ditanya seorang Badui, siapa temannya khalifah Umar, Umar menjawab, “Fakir miskin dan yatim piatu.”
Lalu ditanya lagi, “Dimana tempat tidurnya?” Beliau menjawab, “Di atas padang pasir dengan beralas pelepah daun kurma.” Yahudi yang bertanya itu pun kebingungan dengan sikap dan mentalitas pemimpin umat Islam itu.
Mengapa Umar melakukan itu semua? Tidak lain dan tidak bukan adalah karena rasa setianya kepada rakyat dan umatnya. Di samping karena keimanan dan ketakwaannya yang sangat kuat, sehingga kala memimpin, Umar tidak pernah tenang dan nyaman, apalagi ongkang-ongkang di atas pembaringan. Beliau justru menghabiskan hari-harinya untuk memantau langsung kondisi rakyatnya.
source: bersamadakwah.net / hidayatullah.com
Posting Komentar