Banjarmasin, BBCom - Memasuki tahun politik, partai politik (parpol) berlomba-lomba menggaet suara anak muda, bahkan ada parpol yang mengklaim diri sebagi parpol anak muda, seperti Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan sebagian parpol lain pun menelurkan beberapa kebijakan seperti membuat sayap partai baru contohnya PKS Muda milik Partai Keadilan Sejahtera atau Banteng Muda Indonesia milik PDI-Perjuangan.
Pathurrahman Kurnain, Dosen dan Direktur Program Laboratorium Riset Ilmu Politik-Pemerintahan Fisip ULM/beritabanjarmasin.com |
Potensi besar anak muda inilah yang diberdayakan oleh hampir semua parpol.
"Saat ini, lebih dari 50 juta pemilih adalah kalangan anak muda (17-25 tahun), itu sebuah ceruk bagi parpol sehingga kekuatan anak muda tidak bisa diremehkan di tambah dengan bonus demografi," ungkap Pathurrahaman Kurnai n Dosen muda Fisip ULM, pada Jumat (30/03).
Ia juga menambahkan agar anak muda mampu bersaing dengan sesamanya dan para politisi senior setidaknya mereka harus memiliki beberapa bekal.
"Anak muda harus memahami, lawan mereka nantinya selain sesamanya juga melawan politisi senior. Kita tahu politisi senior lebih punya pengalaman dan modal oleh karenanya mereka perlu bekal keberanian, pengetahuan luas, kreatif, dan mahir menggunakan media sosial," jelasnya yang juga Direktur Program Laboratorium Riset Ilmu Politik-Pemerintahan Fisip ULM ini.
Pathur memperingatkan kepada para anak muda yang mau terjun jadi politisi, bahwa dunia politik bukan dunia coba-coba, hatta itu dunia main-main.
Senada dengan nya, Fazlur Rahman Ketua KNPI Kalsel terpilih menyampaikan peluang anak muda semakin terbuka, karena saat ini positioning anak muda dan kebutuhan partai semakin bertemu.
"Pemilih muda 2019 nanti akan sekitar 55% dari jumlah seluruh pemilih. Anak muda jangan mau jadi objek untuk penarik suara untuk partai saja, tapi harus mengkalkulasi potensi agar bisa terpilih," ujarnya.
Fazlur berpesan kepasa para pemuda yang memutuskan untuk nyaleg (calon legislatif-red) agar memperhitungkan diri dengan matang.
"Syarat menjadi politisi itu tigal hal yakni modal ekonomi, modal politis, dan modal sosial. Sebab menjadi wakil rakyat itu bukan mencari popularitas atau mencari kekayaan semata, tapi utamanya untuk mengabdi," ujar kandidat doktor Ilmu Hukum pada Universitas Airlangga ini. (ghomadi/ayo)