Lena Hanifah, Kandidat doktor UNSW Sidney, Australia/beritabanjarmasin.com |
Banjarmasin, BBCOM - Pendaftaran beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan telah dibuka. Pendaftaran beasiswa pada tanggal 07 Mei 2018 kemarin hingga sebulan ke depan. Para pendaftar pun bisa masuk melalui laman www.beasiswa.lpdp.kemenkeu.go.id.
Ditengah hiruk-pikuk pendaftaran beasiswa LPDP, tentu pula harus ada yang perlu dipersiapkan.
Ditengah hiruk-pikuk pendaftaran beasiswa LPDP, tentu pula harus ada yang perlu dipersiapkan.
Oleh karenanya beritabanjarmasin.com berkesempatan bertanya langsung kepada Lena Hanifah perempuan asal Barabai, Kalimantan Selatan ini adalah awarde (sebutan penerima beasiswa di LPDP-red) program doktoral di University Of New South Wales (UNSW) Sydney.
Wanita kelahiran 21 maret 1981 ini mengaku untuk mendapatkan beasiswa LPDP tentu tidak mudah.
"Biar lebih meyakinkan kita harus siap dengan rencana/proposal penelitian dan mempunyai LoA (Letter of Acceptance) dari universitas yang kita tuju. Hal ini menjadi poin penilaian tersendiri," ujarnya kepada beritabanjarmasin.com.
Ia mengatakan Untuk mendapatkan LoA, perlu proposal penelitian yang menarik perhatian calon profesor pembimbing dari universitas yang dituju.
Poin lain yaitu kemampuan bahasa Inggris yang dibuktikan dengan sertifikat TOEFL (Test of English as Foreign Language) maupun IELTS (International English Language Testing System).
"Kemampuan bahasa ini tentu tidak bisa instan, harus memerlukan latihan keras," tutur wanita satu anak ini.
Selain itu, kemampuan non-akademis seperti jiwa kepemimpinan dan rasa pengabdian yang besar kepada masyarakat dilihat dari pengalaman berorganisasi atau sukarelewan tidak kalah penting dalam penilaian.
Ia mengaku merasakan atmosfir pembelajaran yang berbeda. Karena dituntut memiliki kemandirian dan kritis dalam belajar.
"Fasilitas penunjang sangat lengkap seperti ribuan jurnal berlangganan dan buku-buku yang menarik, bahkan saya menemukan buku Indonesia sebelum merdeka yang sulit sekali ditemui di Indonesia." tambahnya
Di akhir pembicaraan ia berharap perempuan Banua agar melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
"Jangan merasa bahwa sebagai perempuan tidak perlu sekolah tinggi. pendidikan tinggi itu perlu dan penting bagi perempuan," pungkas dosen fakultas hukum ULM tersebut. (puji/arum/ayo)
Posting Komentar