Ilustrasi Ideliasme VS Pragmatisme /beritabanjarmasin.com |
BBCOM, Daddy Fahmanadie*)
Nalar idealisme setiap orang pasti berbeda ketika menafsirkan sebuah konsep tentang profesional, kepemimpinan dan integritas sebab segitiga aspek ini sangat penting dalam mencermati jejak rekam seseorang yang akan dipromosikan pada sebuah jabatan dalam perusahaan atau dalam hal lain yaitu memilih pemimpin dalam pesta demokrasi misalnya, baik pemilihan kepala daerah, pemilihan presiden dan pemilihan legislatif.
Segi pertama adalah profesional, orang yang sederhana dan dianggap mampu (capable) sesuai dengan keahlian dan keilmuan di bidangnya. Kedua, kepemimpinan yakni sebuah perilaku atau kepantasan seseorang yang dapat di andalkan dalam berbuat untuk kepentingan masyarakat. Ketiga, integritas yaitu sebuah daya tahan dari seseorang terhadap hambatan atau tantangan terhadap perilaku menyimpang yang melanggar aturan hukum,
perbuatan koruptif, atau arogansi kebijakan yang cendrung mewarnai sikap seseorang ketika sudah menempati pucuk kepemimpinan.
Menjadi ironi tatkala seseorang yang mempunyai kepribadian baik, berubah manakala sudah mempunyai jabatan atau dalam posisi yang penulis pahami sebagai top decisison maker, ilustrasi demikian bukanlah tidak beralasan sebab faktanya dalam berbagai kasus terutama di Kalimantan Selatan banyak terjadi polemik antar pengambil kebijakan dengan bawahan, atau antara pemimpin dengan masyarakat, tentu hal ini menjadi hambatan tersendiri dalam membawa perubahan yang baik di masyarakat.
Aspek tambahan lainnya yaitu figur, walau aspek ini tidak terlalu dominan jika sikap seorang pemimpin sudah cacat atau tidak disenangi oleh bawahan.
Memang poin utamanya adalah profesionalime, kepemimpinan dan integritas. Tiga karakter ini yang betul-betul harus kita pegang teguh dalam bertindak baik sebagai pemimpin, pejabat atau penegak hukum. Perspektif tiga ini menjadi perhatian saya untuk menjadi sorotan sebab dalam tahun politik ini banyak persoalan. Seperti dalam penegakan hukum yang saat ini belum optimal, para pencari keadilan belum merasakan bagaimana indahnya kepastian; keadilan; dan kemanfaatan hukum.
Sebagai variabel yang mempengaruhi segitiga tadi (Profesionalisme, Kepemimpinan dan Integritas) pusaran kekuasaan adalah perspektif yang selalu menjadi perhatian masyarakat karena sesungguhnya kekuasaan itu berpihak kepada kepentingan umum bukan kepentingan sesaat atau bahkan kepentingan satu kelompok saja.
Ya, Tahun politik ini biarlah menjadi panggung demokrasi yang membahagiakan warganya tanpa menanggalkan nalar idealisme beserta segitiga karakter yang sudah penulis jelaskan. Jika tanggal atau terendus kepentingan kelompok maka kita akan sesat dalam pragmatisme yang tentu untuk mencapai tujuan akan menghalalkan segala cara meski harus melawan hukum.
Mumpung ini masih bulan Juni bulan lahir Pancasila, maka marilah kita sebagai bangsa yang berciri negara hukum mampu membuktikan kita mampu memegang erat idealisme dengan berdasar Pancasila.(*)
*)Akademisi ULM & Alumni Magister FH Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Posting Komentar