 |
| Ilustrasi wartawan bukan musuh/beritabanjarmasin.com |
BANJARMASIN, BBcom— Berita bohong (hoaks) yang akhir–akhir ini semakin banyak beredar di media sosial bisa ditangkal oleh para jurnalis sebagai ujung tombak dengan melaksanakan tugasnya secara profesional sesuai kode etik jurnalistik.
“Berita bohong alias hoaks bukanlah produk jurnalistik namun seringkali dikaitkan dengan pemberitaan, karena itu jurnalis harus bisa menangkalnya dan memberikan informasi yang benar kepada masyarakat, tentu dengan menjalankan kode etik jurnalistik,” ujar Ketua DPW Jurnalis Online Indonesia (JOIN) Kalsel, Anas Aliando, pada Senin (5/7/2018).
Menurut Anas, informasi yang benar juga harus mempertimbangkan manfaat bagi masyarakat, karena produk jurnalistik pada akhirnya harus bisa memberikan kebaikan kepada masyarakat yang membacanya.
“Karena itu JOIN terus memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang produk jurnalistik yang bisa dipercaya dan berita bohong atau hoaks yang tidak perlu dibaca, atau disebarkan di media sosial,” ujarnya.
Anas memaparkan, maraknya berita bohong adalah buah negatif dari perkembangan teknologi informasi (TI) yang harus dihadapi dan ditanggulangi, baik oleh pengurus PWI, AJI, IJTI maupun pemerintah. “Hoaks bukan berita karena berkembang dan beredar di media sosial. Jangan sampai ada wartawan yang mengambil berita dari medsos yang ternyata hoaks,” paparnya.
Disisi lain Anas juga mengingatkan kepada semua pihak jangan sampai melakukan intervensi atau menghalangi tugas jurnalis dalam melakukan peliputan. “Jurnalis itu mitra bukan musuh,” ujarnya.
JOIN, lanjut Anas, terus mendorong jurnalis untuk meningkatkan kualitas dan kapasitasnya melalui pelatihan. “Sumber daya dan wawasan jurnalis harus terus ditingkatkan. Misalnya dengan mengikuti uji kompetisi wartawan (UKW) sehingga mempunyai skill yang memadai,” pungkasnya. (puji/ayo)
Posting Komentar