(tengah) Rifqi Azka Mangkusari alias Urip/beritabanjarmasin.com |
BANJARMASIN, BBCOM - "Kami tidak bersuara dan mendengar, kami mendengar dan bersuara dengan cara kami, dengan cara ini lah kami ikut membangun kota Banjarmasin yang sama-sama kita cintai," tutur Rifqi Azka Mangkusari, saat menghadiri musyawarah perencanaan pembangunan provinsi Kalsel pada beberapa bulan silam.
Ya, teriknya matahari saat itu tidak membuat semangat dari Rifqi Azka Mangkusari alias Urip seorang penyandang tuli yang juga berprofesi sebagai pencuci motor roda dua, beralamat di Jalan Antasan Kecil Timur, Banjarmasin Utara, Banjarmasin.
Urip yang kesehariannya rutin membuka lapak cuci motor tersebut juga aktif di Gerakan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Kalsel.
Urip, saat melakukan aktivitas membersihkan sepeda motor roda dua/beritabanjarmasin.com |
Keterbatasannya sebagai seorang yang tuli (tidak memakai istilah tuna rungu dan disabilitas karena hal tersebut kasar menurut mereka-red) tidak membuat ia minder bahkan kerapkali diajak dalam musrenbang tingkat kelurahan hingga provinsi.
Shintiya Subhan dari Aliansi penerjemah Kalsel yang ditemui oleh beritabanjarmasin.com menyatakan, pelayanan untuk teman-teman tuli masih minim di kota Banjarmasin. "Yang diperlukan oleh teman-teman difabel adalah kesempatan yang sama untuk berkarya dan bekerja. Belas kasih hanya membuat mereka terpenjara," tuturnya yang juga guru SD Inklusi Banua Anyar.
Sebagai contoh, menurutnya, fasilitas umum seperti tempat hiburan dan ibadah masih belum menyediakan akses yang sama bagi kawan-kawan tuli. "Trotoar, bioskop, dan masjid dan penunjuk jalan masih belum ramah terhadap penyandang tuli, bahkan mereka bingung ketika ada khotbah hari Jumat," ujarnya.
Shintiya Subhan yang juga relawan dengar membantu teman-teman tuli/beritabanjarmasin.com |
Dalam UU Disabilitas nomor 8 tahun 2016, sambungnya, pemerintah seharusnya menyediakan 1 persen difabel di pemerintah dan 2 persen untuk swasta, namun hingga detik ini belum mampu di tunaikan.
Sementara itu, Urip melalui bahasa isyaratnya berharap agar semua penyandang difabel memiliki hak sama untuk berkarya dan mandiri. "Gerkatin telah memberdayakan banyak difabel seperti tukang jahit, salon dan lain sebegainya, kami hanya perlu kesempatan bukan belas kasih," ungkapnya.
Dalam waktu dekat, menurutnya, kawan-kawan tuli akan tampil pada pertunjukan saat hari jadi kota Banjarmasin, September 2018, dan pada 2019 Banjarmasin akan menjadi tuan rumah perkemahan tuli nasional. "Gerkatin juga memiliki bidang kepemudaan, bidang seni (teater sunyi) dan majelis ta'lim," pungkasnya. (shamuya/ayo)
Posting Komentar