Syamsuri/beritabanjarmasin.com |
BANJARMASIN, BBCOM - Dalam pendidikan, ilmu pengetahuan dan etika saling besinergi agar didapat keseimbangan. "Proses pendidikan di sekolah masih banyak yang mementingkan aspek kognitifnya ketimbang psikomotoriknya," ujar Kabid SMK Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel Syamsuri kepada BeritaBanjarmasin.com, Rabu (18/7/2018).
Syamsuri menyampaikan, di dalam buku tentang Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences), Daniel Goleman menjelaskan kecerdasan emosional dan sosial dalam kehidupan diperlukan 80 persen, sementara kecerdasan intelektual hanyalah 20 persen saja.
Dalam hal inilah pendidikan karakter diperlukan untuk membangun kehidupan yang lebih baik dan beradab, bukan kehidupan yang justru dipenuhi dengan perilaku biadab. "Maka terpikirlah oleh para cerdik pandai tentang apa yang dikenal dengan pendidikan karakter," paparnya.
Masih olehnya, banyak pilar karakter yang harus ditanamkan kepada anak–anak penerus bangsa, seperti kejujuran, rasa hormat, dan saling menghargai.
"Sekarang mulai banyak sekolah di Indonesia yang mengajarkan pendidikan karakter menjadi mata pelajaran khusus. Mereka diajarkan bagaimana bersikap terhadap orang tua, ataupun lingkungan tempat hidup," tambahnya.
Syamsuri mengharapkan, dengan pendidikan karakter di sekolah semua potensi kecerdasan anak-anak akan dilandisi oleh karakter–karakter yang dapat membawa mereka menjadi orang – orang yang diharapkan sebagai penerus bangsa, bebas dari korupsi, ketidakadilan dan lainnya. (puji/sip)
Posting Komentar