Penyerahan kaos peluncuran novel Jendela Seribu Sungai/beritabanjarmasin.com |
BANJARMASIN, BBCOM - Peluncuran novel "Jendela Seribu Sungai" digelar di Gramedia Duta Mall bersama dua pengarang novel yaitu Miranda Seftiana dan Avesiana Soebli, beserta seniman banua Zulfaisal Putera dan aktor lawas Mathias Muchus, Sabtu (15/9/2018).
Berlangsung selama 120 menit acara berlangsung meriah diiringi dengan pemaparan oleh dua penulis tersebut. Penulis novel, Miranda Seftiana memaparkan ada kesan tersendiri saat menyusun seperti kembali pada memori masa kecil dulu. Dengan perjalanan hidup saat kecil di pinggiran Banjarmasin bersama geng mandi sungai di Teluk Dalam sebelum sungai tergerus oleh kemajuan zaman.
"Sebagai riset memang terlihat nyata, tapi juga mengandung unsur imajinasi, kita tambah alur drama yang menjadikan cerita di dalamnya berfantasi, dan dari 316 halaman di dalam novel ini saya rasa berkesan semua," paparnya kepada awak media.
Adapun penulis lainnya, Avesiana Soebli menyampaikan buku ini merekam tentang kehidupan warga Banjarmasin khususnya, dan Kalimantan Selatan umumnya saat tempo dulu ataupun kontemporernya (kekinian).
"Kita akan kembangkan penulisan novel ini menjadi sebuah pementasan film yang kayaknya tidak bisa selesai dengan hanya satu episode saja, dengan berkoordinasi kepada semua pihak kita buat film ini menjadi film nasional," ujar Aves.
Launching Novel Jendela Seribu Sungai di Gramedia Duta Mall Banjarmasin/beritabanjarmasin.com |
"Boleh kita klaim karya novel ini sebagai kado istemewa untuk Pemkot Banjarmasin, dan akan kita buat sebagai souvenir Harjad Kota Banjarmasin untuk tamu undangan," kata dia.
Seniman Zulfaisal mengaku cerita di novel ini sangat erat kaitannya dengan masyarakat pinggiran sungai, emosi ataupun frasa sangat kental termuat di dalam novel Jendela Seribu Sungai. "Ini akan menjadi suatu karya anak banua yang dapat masuk ke kancah nasional," Jelas Zul.
Terakhir pernyataan dari Mathias Muchus mengucapkan rasa syukur dan bahagia ketika menginjakkan kaki ke Banjarmasin, karena dianggap saudara oleh orang Banjar sejak kedatangan pertamanya.
"Saya seperti flashback ke masa kanak-kanak saat datang ke kota ini karena persamaan teritorial tempat saya di Palembang kurang lebih dengan suasana kota pinggir sungai di sini," pungkasnya. (arum/sip)
Posting Komentar