Buku Tata Rias Pengantin Tradisional Banjar/beritabanjarmasin.com |
Dalam buku yang terbagi atas tiga bab itu, Kawang Yoedha menjelaskan tiga pakaian pengantin adat Banjar beserta aksesoris dan tata riasnya. Pakaian pengantin tersebut terdiri dari Ba’gajah Gamuling Baular Lulut yang digunakan pada abad XV sampai XVI.
Kemudian Ba’amar Galung Pancaran Matahari yang digunakan masyarakat Banjar sekitar abad ke XVII hingga XVIII, dan yang ketiga adalah pakaian pengantin Ba’bajukun Galung Pacinan yang digunakan pada abad XIX.
Menurut Hj Siti Wasilah, buku "Tata Rias Pengantin Tradisional Banjar Pakem dari Abad ke Abad" adalah sebuah karya yang luar biasa dan harus mendapatkan apresiasi dari semua pihak.
Buku tersebut, menggambarkan kecintaan pada budaya Banjar yang menggambarkan kepatuhan dan ketaatan kepada nilai-nilai budaya dan kesetiaan untuk menjaganya. Juga bagian dari pesan-pesan tetuha budaya Banjar yang sangat baik didokumentasikan oleh Kawang Yoedha beserta timnya. "Kita berharap buku ini menjadi bagian dari catatan sejarah yang bermanfaat untuk muda-mudi Banjarmasin secara khusus dan Kalsel pada umumnya untuk memahami secara utuh bagaimana budaya banjar yang ditampilkan di dalam busana pengantin adat Banjar,” ujarnya.
Ia berharap, dengan adanya buku tersebut para seniman dan budayawan juga bisa mencatat dan meneruskan apa yang sudah dititipkan oleh para tokoh budayawan terdahulu. “Saya titip pesan kepada Bapak Kawang Yoedha beserta seluruh tim dari Yayasan Mendulang (Menggapai Dunia Gemilang) ayo terus sosialisasikan buku ini, dan harus siap bergandengan tangan dengan siapapun. Dan saya titip pesan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin ayo kita bergandengan tangan, kita usung semangat luar biasa dari buku ini,” ucapnya.
Harapan lain yang disampaikannya dalam kegiatan yang dihadiri Gabungan Organisasi Wanita Kota Banjarmasin itu, agar seluruh lapisan masyarakat mewujudkan tampilan budaya Banjar sesuai dengan pakemnya.
Hal senada juga disampaikan langsung Kawang Yoedha tekadnya untuk terus melestarikan budaya Banjar. “Kami dari nanang-nanang Banjar senior mempunyai tekad untuk melestarikan budaya Banjar, supaya jangan bergeser, jadi silakan untuk mengadopsi walau tidak persis tapi paling tidak ada 90 persen nuansa Banjar itu tidak hilang,” tandasnya. (arum/sip)
Posting Komentar