BANJARMASIN, BBCOM - Sebulan lebih setelah bencana hebat tsunami, gempa hingga likuifaksi yang melanda Sulawesi Tengah, 28 September lalu beritanya pun nyaris pudar ditelan oleh berbagai isu politik menjelang Pilpres 2019.
Namun, hiruk-pikuk pilpres tak akan pernah menenggelamkan gaung dan seruan kemanusiaan yang selalu setia memanggil relawan dan dermawan untuk memberi kontribusi terbaik bagi sesamanya.
Masyarakat Relawan Indonesia dan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Kalsel tak bosan-bosannya mengajak kawula muda untuk berempati terhadap korban bencana dahsyat di Nusa Tenggara Barat tepatnya di kota Lombok dan Sulawesi Tengah yang melanda Palu, Sigi dan Donggala.
Melalui Ngobrol Kemanusiaan (ngokem) MRI dan ACT Kalsel menggandeng para mahasiswa dari kampus Lembaga Pendidikan Teknologi Informasi dan Bisnis (Eltibiz) Banjarmasin untuk berbagi suka-duka kala menjadi relawan di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tenggara. "Relawan itu bukan status, tapi sebuah nilai," papar Bagus Setiawan yang kala itu menjadi relawan di Kabupaten Donggala, Sulteng, Jumat (23/11/2018).
Mahasiswa STIKIP PGRI Banjarmasin ini juga menyatakan, tak perlu keahlian khusus jika ingin menjadi relawan, karena menurutnya, ia sendiri tidak punya keahlian yang spesifik. "Diawal, mantapkan niat dan restu orangtua," kenangnya.
Senada dengan Bagus, Alvina Rahmah relawan Kalsel yang bertugas di Kota Lombok ini bercerita, tidak perlu ada kekhawatiran bahkan tak ada kendala berarti saat menjalankan tugas. Baginya pula, relawan harus mampu menjadi motivator sekaligus kawan bagi korban penyintas bencana. "Gender gak masalah, toh saya sudah membuktikan," jelas gadis asal Amuntai ini.
Alumni Universitas Lambung Mangkurat ini berpesan kepada audiens, khususnya para mahasiswi untuk bergabung sebagai relawan di MRI dan jangan sungkan untuk berdonasi melalui ACT Kalsel. Sebagai informasi, selanjutnya MRI dan ACT Kalsel akan menggelar ngokem dengan para mahasiswa di kampus Universitas Lambung Mangkurat, Rabu nanti. (ayo/sip)
Posting Komentar