BERITABANJARMASIN.COM - Pernyataan Bupati Banjar KH Khalilurrahman, soal "hijrahnya pedagang Pasar Terapung Lok Baintan ke Pasar Terapung Banjarmasin di Sungai Martapura, kawasan Siring Tendean, mendapat respon santun.
foto: wisatabanjarmasin
Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Banjarmasin, Mokhammad Khuzaimi mengucapkan terima kasih kepada Bupati Banjar Khalilurrahman yang menyilakan ‘acil-acil’ pengayuh jukung asal Lok Baintan ke pusat kota.
“Kami mengapreasiasi pernyataan Pak Bupati Banjar. Patut diingat, dalam catatan sejarah pada 492 tahun lalu, Banjarmasin itu terdiri dari tiga provinsi yakni Kalsel, Kaltim dan sebagian Kalteng. Jadi, disederhanakan oleh orang Belanda menjadi Banjar,” tutur Khuzaimi, kepada BeritaBanjarmasin.com, Rabu (5/12/2018).
Menurut Jimie, ditilik dari sejarah, tentu warga Sungai Tabuk, khususnya lagi Lok Baintan merupakan bagian dari Banjarmasin. Namun pada perkembangannya karena masalah administratif, wilayahnya dipisah antara Banjar dan Banjarmasin.
“Sebutan serupa juga seperti Balikpapan, Samarinda dan sebagian dari wilayah Kalteng, sekarang adalah orang Banjar. Jadi, tidak ada batasan. Sebab, wilayah kekuasaan Kesultanan Banjar yang menganut ajaran Islam itu terbentang luas,” papar Jimie.
Ia juga mengingatkan sejarah orang-orang Lok Baintan dan Sungai Tabuk yang berdagang ke Banjarmasin, melewati Sungai Achmad Yani dan Sungai Veteran, yang ketika itu masih bisa dilewati pada 10-20 tahun lampau.
“Karena sungainya makin dangkal dan tertutup, akhirnya para pedagang asal Lok Baintan yang berdagang di Pasar A Yani, juga berasal dari sana. Kami mencatat ada sekitar 20 jukung pedagang asal Lok Baintan yang berdagang di pasar itu,” tuturnya.
Adapula para pedagang Lok Baintan yang berdagang di Pasar Harum Manis, disebut Jimie juga berasal dari kabupaten tetangga. Karena orang lebih mengenal Banjar itu ialah Banjarmasin.
Dikatakan Jimie lagi pasar terapung baik yang ada di Banjarmasin dan Lok Baintan saling berkelindan, karena menjadi bagian dari budaya Banjar. “Memang, saat ini, ada 70 pedagang yang berasal dari Lok Baintan berjualan di kawasan Dermaga Pasar Terapung Banjar. Mereka telah kami bina dan diajarkan berbisnis keci-kecilan,” ungkap Jimie.
Walau berbeda kartu identitas diri, Jimie menegaskan para acil-acil yang berjualan di Pasar Terapung Banjarmasin menjadi bagian dari orang Banjar. “Pada intinya, acil-acil tersebut adalah bagian dari budaya Banjarmasin menurut Kerajaan Banjar,” ujarnya.
Malah Jimie menyebut pada dua pekan lalu, justru Komisi III DPRD Banjar dan Dinas Pariwisata Banjar belajar pengelolaan pasar terapung ke Banjarmasin. “Kami pun menjelaskan dan menyampaikan tata kelola pasar terapung yang menjadi objek wisata andalan Banjarmasin,” pungkasnya santun. (arum/sip)
Posting Komentar