BERITABANJARMASIN.COM - Merefleksi kasus-kasus radikalisme dan teorisme yang terjadi di Indonesia khususnya wilayah Kalsel, Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) gelar Catatan Akhir Tahun FKPT di ruangan Sastro Harjo RRI KM 3,5 Banjarmasin.
Mencehah terorisme dan radikalisme ini sepanjang tahun 2018 FKPT mengaku telah mengadakan sosialiasi seminar ke sekolah-sekolah, guru-guru dan masyarakat dalam rangka memberi pemahaman tentang radikalisme terorisme.
Hal ini dilakukan terutama sasarannya untuk para pemuda yang selalu memang gadget dan bermain sosmed. Hal ini diungkapkan oleh Ketua FKPT, Hermasnyah yang ditemui usai acara.
Menurutnya, sosmed di era sekarang memegang peranan besar akan radikalisme dan terorisme ini. "Seperti yang kita tahu sosmed rentan akan hoax, ujaran kebencian yang menimbulkan keresahan dimasyarakat yang harus kita perangi," paparnya kepada BeritaBanjarmasin.com, Senin (31/12/2018).
Untuk mengatasi hal ini, selain FKPT ada yang namanya Duta Damay (Duta Dunia Maya) yang membuat konten-konten positif untuk memerangi kontra propoganda. "Untuk mengurangi hoax, mengurangi rasa kesatuan," tambahnya.
Diharapkan kedepan masyarakat, pemuda, dan pemerintah dapat bersinergi dan bersama-sama memerangi paham radikalisme dan terorisme khususnya di Kalsel. "Intinya banyak yang kita bakal di tahun 2018," tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Mariatul selaku salah satu narasumber dari anggota FKPT menuturkan bahwa teror ancaman ini sangat berbahaya dan tidak bisa kita abaikan begiru saja. Menururnya, hal ini merupakan buah dari kepasifan dan tidak melihat melihat persoalan kajian yang berkembang di masyarakat yang lebih menguatkan paham intolrean. "Harus bergerak bersama memcegah perkembangnya paham tersebut tentunya," ujarnya.
Kesenjangan sosial, ekonomi, tidak kepastian hukum, dan masalah idiologi menjadi faktor penyebab begitu mudahanya orang melakukan tindakan anarkis ataupun mempunyai paham radikal. "Untuk mengatasi ini kita peelu melakukan pendekatan lunak dengan berbagai bidang. Salah satunya idologi. Kearifan lokal budaya sesunguhnya bisa meredam sikap intoleran ini," pungkasnya. (puji/sip)
Posting Komentar