BERITABANJARMASIN.COM - UIN (Universitas Islam Negeri) Antasari dan HMI cabang Banjarmasin bekerjasama dengan Maarif Institute, PPIM, dan UNDP menggelar Kopdar Generasi Milenial di Aula Pertemuan Zafry Zam Zam, UIN Antasari, Senin (21/1/2019).
Acara ini dihadiri kurang lebih 150 orang dari perguruan tinggi serta Sekolah Menengah Atas (SMA) di Banjarmasin. Turut dihadiri Dr Zuly Qodir dari peneliti senior Maarif Institute; Mariatul Asiah, akademisi UIN Antasari; Nagawati Limantara, Duta Indonesia Milenial Movement Kalsrel; serta Rektor UIN Antasari Prof DR H Mujiburrahman.
Muhammad Abdullah Darraz selaku Direktur Eksekutif Maarif Institute menyampaikan kepada BeritaBanjarmasin.com acara ini merupakan sebuah ude dan gagasan pentingnya kebhinekaan dan memperkuat toleransi di kalangan anak muda yang diberi nama Kopdar Generasi Milenial. "Kegiatan ini adalah kali kelima dan diadakan di Banjarmasin setelah sebelumnya daerah Makassar, Riau, Garut dan Bandung," katanya.
Acara ini bertujuan untuk menyampaikan dan menyebarkan gagasan yang sudah disepakati. Disebut "Indonesia Milenial Movement" yang berlangsung November 2018 di Jakarta. Ia mengatakan kegiatan tersebut mengumpulkan 100 anak muda (rentang usia 17-22 tahun) dari perwakilan 34 provinsi di seluruh Indonesia yang berlangsung selama lima hari.
Menurutnya, kegiatan yang dibicarakan mengenai isu-isu krusial seperti intoleransi dan radikalisme. Juga membicarakan apa yang perlu dipersiapkan generasi muda menghadapi tahun 2045 (memasuki satu abad kemerdekaan Indonesia). "Untuk itu dalam menyampaikan gagasan anak-anak muda mereka membuat essai," katanya.
Dia berujar, beberapa tahun peningkatan informasi sejalan dengan sosial media. Informasi tersebut lebih dahsyat disebarkan di sosial media daripada offline. "Di sini kami menyebutnya 'Tsunami Informasi', karena dulu permasalahannya kita kekurangan informasi sekarang malah kelebihan informasi," ujar dia.
Harapannya dengan adanya agenda ini generasi milenial bisa sadar bahwa mereka merupakan agen perubahan di masa yang akan datang, pelanjut perjuangan.
"Bagaimana kita memilahnya, mengajak anak-anak menghadapi air bah "Tsunami Informasi" dengan cara berpikir kritis, menyeleksi dan tidak mudah share berita yang belum tau kebenarannya," paparnya lagi.
Anak muda, tegasnya, tidak hanya sekadar konsumen yang hanya menerima informasi. Waktunya sekarang anak muda menjadi produsennya informasi. (maya/sip)
Posting Komentar