BERITABANJARMASIN.COM - Pengelolaan sampah dengan konsep Waste to Energy dan Sanitary Landfill akan dikembangkan sepanjang tahun 2019. Cetak biru dua konsep ini telah dilaksanakan di negara maju, dan akan coba diterapkan di Banjarmasin.
Lalu apa sebenarnya pengelolaan sampah dengan konsep Waste to Energy and Sanitary Landfill ini?
Setelah mendapatkan Adipura Kategori Kota Besar empat kali berturut-turut, Pemkot Banjarmasin perlu inovasi dalam pengelolaan sampah. Dalam sebulan, ada sekitar 17.880 ton sampah yang harus dikelola. Sehingga konsep Waste to Energy (WTE), yaitu mengolah sampah menjadi energi berpotensi dilakukan di kota seribu sungai.
Ini juga sesuai dengan Kesepakatan Paris di Konferensi Perubahan Iklim (COP) ke 21 yang diikuti Indonesia. Satu dari poin kesepakatan adalah mengelola energi baru dan terbarukan. Seperti program WTE.
Melihat sampah organik yang cukup menghegemoni dari jenis sampah lain di Banjarmasin, bisa menjadi peluang digunakan untuk energi terbarukan. Dengan menggunakan panas dan uap dari hasil pembakaran, maupun dikonversi menjadi biogas. "Kami masih merintis ke arah itu. Yaitu konsep sanitary landfill dan waste to energy," ujarnya kepada BeritaBanjarmasin.com, Selasa (15/1/2019).
Menurut penelusuran BeritaBanjarmasin.com, program ini cukup berhasil dilaksanakan oleh beberapa kota besar di Indonesia. Bahkan telah dibuat rancangan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), meski tak luput dari kontroversi.
Sementara itu, untuk pengelolaan sampah dengan metode Sanitary Landfill dianggap lebih ramah lingkungan. Karena sampah dengan cara yang terukur ditimbun dengan tanah secara periodik.
"Kalau masih open dumping, kurang ramah lingkungan. Harus ada inovasi sanitary landfill artinya seluruh penanganan sampah bisa dimanfaatkan dan harus ramah lingkungan," tegas Ibnu. (maya/sip)
Posting Komentar