BERITABANJARMASIN.COM - Saat terjadinya Perang Banjar tempo dulu, masyarakat di masa itu menggunakan kayu dan bambu dari hutan Kalimantan untuk membuat pertahanan perang dalam bentuk benteng tempur terapung.
Menurut catatan sejarah, Perang Banjar dikobarkan oleh Pangeran Antasari. Pangeran Antasari pula yang memimpin peperangan dengan 3000 pasukan bersama Datu Aling, Pembakal Ali Akbar pada 28 April 1859 yang menandai meletusnya Perang Banjar. Perang ini berlangsung antara tahun 1859-1906 di dalam Kesultanan Banjar.
Dari berbagai sumber yang kami baca, untuk mengantisipasi kapal-kapal perang Belanda, Tumenggung Surapati bersama Pangeran Antasari mengerahkan beratus-ratus perahu dengan sebuah perahu komando yang besar.
Pada perahu besar ini dipancangkan bendera kuning. Armada perahu ini disertai pula dengan beberapa buah lanting Kotamara (cotta mara) sebagai benteng pertahanan.
Benteng tempur terapung yang dikenal dengan istilah Lanting Kotamara ini merupakan sebuah strategi perang oleh masyarakat banjar dan dayak untuk menghalau serangan kapal-kapal Belanda yang berada di perairan Sungai Barito. Disebutkan bahwa Lanting Kotamara ini dirancang oleh Raden Jaya Anum dari Kapuas Tengah.
Lanting Kotamara dibuat pada tl6 Agustus 1859 dengan diperlengkapi beberapa pucuk meriam dan lila. Dinding benteng terapung ini dibuat berlapis-lapis sehingga sukar ditembus peluru, senapan, ataupun meriam Belanda.
Kapal-kapal Belanda seperti Kapal Perang Cipanas pada bulan Juli 1859 ditenggelamkan, dan terlibat pertempuran jarak dekat dengan Kapal Perang Celebe. Selain yang disebutkan di atas juga Kapal Perang Onrust yang berhasil ditenggelamkan pada 26 Desember 1859 di Pulau Kanamit, Sungai Barito.
Sketsa Lanting Kotamara ini bisa dijumpai di Museum Banjar. Lanting Kotamara diabadikan sebagai jejak peninggalan, sebagai alat pertahanan perang banjar dengan teknologi yang digunakan dimasanya. (maya/sip)
Posting Komentar