BeritaBanjarmasin.com - Hari ini kita melihat dalam ruang-ruang diskusi, perbincangan mengenai literasi cukup memperlihatkan gejala positif dan negatif. Perbincangan di sini tentu saja jangan disamakan dengan era sebelum reformasi. Saat ini ruang percakapan grup linimassa di dunia maya pun, mampu menciptakan diskusi. Diskursus mengenai keberaksaraan ini, memang kurang menggairahkan, jika dihadapkan pada budaya baca masyarakat Indonesia, termasuk Kalsel di dalamnya. Namun ada sebuah tanda menggembirakan, yang mulai menggejala. Semangat literasi perlahan mulai menggeliat, dalam rupa berbeda: melalui jalur digitalisasi.
Lokus-lokus yang menjadi trigger dalam geliat literasi era baru ini, setidaknya bisa kita lihat secara sadar. Melalui kanal-kanal digital, kini perpustakaan, buku, hingga gaya tulisan jurnalistik memperlihatkan pencerahan. Ada pergeseran dari pengaruh budaya populer (budaya pop) menuju kedewasaan dalam literasi-- meski dalam jumlah kecil-- namun jelas ini bisa menjadi pemantik dalam perkembangan literasi kita. Terutama jika kita tarik ke Bumi Sultan Suriansyah, Kalimantan Selatan.
John Storey, dalam bukunya Cultural Theory and Popular Culture, menekankan bahwa budaya populer muncul dari urbanisasi akibat revolusi industri, yang mengindentifikasi istilah umum dengan definisi "budaya massa"
Era digitalisasi menciptakan gaya personal yang berbeda dari sebelumnya, masyarakat jadi lekat dengan perangkat digital. Dampaknya, sebagian mulai malas menjamah lini-lini sosial dalam realita fisik. Begitu juga dengan semangat literasi ini. Tetapi, kita tidak bisa terus "mengutuki" zaman. Lebih cerdik, jika kita menumpangi perubahan ini, menciptakan sesuatu yang positif. Kita harus mengarahkan perubahan ke sebuah muara yang baik, seperti mengarahkan digitalisasi menjadi alat perbaikan semangat literasi di Banua.
MARI KITA LIHAT KUNJUNGAN KE PERPUSTAKAAN NON DIGITAL
Selain itu juga ada dokumen dengan tahun 1904, bergambar jarum kompas, Besluit Nomor 6, tentang perbaikan arah kiblat sebuah masjid. Dokumen masih ditulis sebagian dengan tulisan tangan berbahasa Belanda.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘Alaq. Bacalah, dan Tuhanmu-lah yang paling Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.”
RUPA BARU PERPUSTAKAAN KALSEL
Jika kita ke suatu tempat pasti yang kita inginkan adalah susana yang nyaman dengan fasilitas yang menunjang. Media pembelajaran pun dibutuhkan untuk pembelajaran bagi generasi kalangan muda dan anak-anak.
Kemarin (9/1/2019) BeritaBanjarmasin.com mencoba mengunjungi Perpustakaan Umum Kalsel. Di sini kita akan mendapakan suasana yang nyaman serta fasitas tambahan seperti permainan anak dan berbagai macam koleksi buku serta tempat yang nyaman untuk bersantai.
Di lantai bawah bangunan ini khusus untuk layanan anak. Berbagai macam permainan serta berbagai bahan bacaan untuk anak anak dikoleksi di sini. Yang makin membuat mereka betah berkunjung ke tempat ini adalah interior ruangan yang dibuat semenarik mungkin dengan tambahan furniture dan aksesoris dengan warna senada.
Saat kita memasuki ruangan lantai dua bangunan ini terdapat layanan yang mana kita bisa melihat serta membaca buku deposit dan buku referensi dari berbagai sumber.
Di lantai tiga fasilitas yang ada terlihat begitu mewah dengan desain interior berkelas dan cat tembok berwarna nude, bangunan ini terlihat modern dengan banyaknya furniture yang berdesain elegan untuk bersantai para pengunjung. Bangunan ini terlihat lebih luas dengan tambahan tempat di dalamnya. Di sini juga tersedia wifi serta beberapa perangkat komputer. Kita bisa juga mencari buku yang kita inginkan melalui sistem komputer yang disediakan.
Kepada BeritaBanjarmasin.com Husnul selaku petugas perpustakaan di lantai tiga menuturkan perpustakaan ini terbagi menjadi beberapa layanan. Di lantai ini merupakan layanan umum. Kita bisa meminjam buku yang kita butuhkan maksimal dua buku dengan waktu pinjam selama dua minggu.
Husnul juga mengatakan bahwa bangunan ini baru dibuka lagi pada tanggal 3 Januari 2019 setelah ditutup sementara untuk melakukan renovasi. "Jadi sebelum renovasi perpustakaan ini sangat ramai pengunjung mungkin karena banyak yang belum tahu perpustakaan ini sudah mulai dibuka kembali," tutupnya.
DIGITALISASI LITERASI BANUA DIMULAI
Hingga soal buku dan lembar halaman kini juga tersentuh digitalisasi. Tercatat beberapa daerah di Kalsel seperti Kabupaten Banjar dan Hulu Sungai Selatan (HSS) telah memiliki aplikasi perpustakaan digital yang bisa diunduh perangkat berbasis Android dan iOs.
Bahkan Perpustakaan Umum Pemprov Kalsel pun kini juga memiliki aplikasi serupa. Agar mengikuti alur baru cara membaca buku zaman milenial. Seabrek buku dengan beragam judul kini bisa kita nikmati di layar telepon pintar. Tinggal klik, beragam buku bisa kita jelajahi.
Menurut penelusuran BeritaBanjarmasin.com, upaya untuk meningkatkan geliat literasi di Banua secara infrastruktur cukup baik. Namun jika kita hanya mengukur melalui statistik jumlah kunjungan ke perpustakaan, kita akan mendapatkan data yang bias. Mengingat tidak semua yang datang, membaca dan meminjam buku. Ada yang sekadar mencantol sinyal internet, hingga mengerjakan tugas akademik. Setidaknya usaha untuk menguatkan budaya membaca ini patut kita dukung dan hargai.
LAHIRNYA APLIKASI PERPUSTAKAAN DIGITAL DI KALSEL
Upaya menggaet pembaca generasi milenial bisa kita lacak dari upaya Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Kalsel, yang meluncurkan perpustakaan digital lewat aplikasi yang "ditasmiyahi" dengan nama i-Kalsel. Aplikasi ini diluncurkan pada Mei 2018.
Sebelumnya, Januari 2018, Pemkab Hulu Sungai Selatan (HSS) melalui Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (Perpusarsip) HSS meluncurkan aplikasi perpustakaan digital i-Hulusungaiselatan.
Kemudian pada Agustus 2018, inovasi ini diikuti oleh Kabupaten Banjar yang berjuluk kota serambi Mekkah. Kabupaten yang dipimpin seorang ulama ini meluncurkan aplikasi i-Martapura. Dengan fungsi yang sama seperti aplikasi i-Kalsel.
Aplikasi ini berisi koleksi buku digital yang bisa diunduh hanya dengan mendaftar lewat akun Facebook dan surat elektronik.
Perpustakaan Kota Banjarbaru ternyata juga mempunyai akses ke world wide web. Meski belum berbentuk aplikasi yang bisa diunduh perangkat dengan sistem Android dan iOs. Situs http://e-library.pustarda.banjarbarukota.go.id menyajikan katalog daring buku-buku di perpustakaan mereka.
APLIKASI I-KALSEL
Jika Perpustakaan Nasional RI meluncurkan aplikasi perpustakaan digital yang diberi nama iPusnas maka di Kalsel kita bisa mendapati aplikasi perpustakan digital dengan nama iKalsel yang dilaunching oleh Gubernur Kalsel tahun lalu.
Menurut penelusuran BeritaBanjarmasin.com, aplikasi ini bisa diunduh di Google Play Store pada telepon pintar berbasis Android. Hingga Kamis (10/1/2019), aplikasi ini mendapat respon cukup positif.
Meski baru diuduh oleh 500 pengguna Google Play Store, digital library ini meraih rating tinggi dengan nilai 4,6. Ini bagus, mengingat rating tertinggi ada di angka lima.
Saat kami coba mengunduh, aplikasi ini terbilang ringan terutama bagi pengguna gawai dengan memori kecil.
Aplikasi iKalsel memiliki fitur unggulan diantaranya koleksi yang berisi berbagai macam genre buku digital. Bahkan kita bisa bergabung menjadi anggota, serta melihat buku yang kita unduh lewat beberapa klik saja.
Termasuk pula informasi buku terbaru dan berbagai aktivitas lainnya, dan informasi rak buku. Semua riwayat peminjaman ada di dalamnya.
Komentar positif diberikan beberapa pengunduh. Seperti @isra_jiri memberikan ulasan "Terimakasih sudah mengembangkan perpustakaan Kalsel. terus tambah koleksinya terutama karya penulis dari Kalsel." Hal yang sama diulas juga oleh akun @sapniah "Mantap, Kalsel tambah maju. Buka jendela dunia," ujarnya dalam ulasan di Google Play Store.
Dari aplikasi ini kita juga bisa mengulas buku yang sudah kita unduh dan baca. Sehingga dapat memberikan gambaran bagi pengguna lainnya sebelum mengunduh sebuah buku. Bagi anda yang belum mengunduh, mungkin bisa mencoba. Membaca buku kini semakin mudah dan murah
IMBAS DARI LAHIRNYA iPUSNAS
Tingkat baca masyarakat Indonesia memang tergolong rendah, termasuk di Kalsel. Menurut hasil survei yang dilaksanaka UNESCO di 2012 lalu, tingkat baca masyarakat nusantara berada di angka 0,001 persen. Bisa dikatakan ini adalah perbandingan 1 : 1.000. Kalau ada seribu orang Indonesia, yang gemar baca: cuma satu!
Inilah yang kemudian menjadi salah satu semangat munculnya aplikasi iPusnas. Aplikasi yang digagas Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI ini adalah aplikasi perpustakaan digital berbasis perangkat mobile, atau juga sering dikenal e-mobile library.
POPULASI PENGGUNA INTERNET KALSEL
Survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), di 2017. Jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta. Di Kalimantan, jika menarik data dari APJII dalam coursehero.com (https://www.coursehero.com/file/p2n7ldf/Jumlah-Pengguna-Internet-berdasarkan-wilayah-di-Indonesia-186-Juta-520-Juta-42/) maka Kalsel memiliki pengguna internet sebanyak 1,4 juta di 2014, dan menjadi yang terbesar di Kalimantan dengan total 31 persen.
Hal ini jelas menunjukkan, penting kiranya memasuki dunia daring untuk meningkatkan semangat literasi di Banua. Di tengah gempuran budaya pop seperti "Socmed Addict" dan cepatnya hoax beredar.
TARGETKAN KE GENERASI MILENIAL
Sebutan generasi milenial memang sering dibahas. Istilah ini sebenarnya diambil dari kata millennials yang "dicreate" oleh dua ahli sejarah Amerika, yaitu William Strauss dan Neil Howe di bukunya.
Dilansir dari Republika.co.id, Desember 2016, awal 2016 penelitian Ericsson mengeluarkan 10 Tren Consumer Lab untuk memprediksi beragam keinginan konsumen.
Laporan Ericsson lahir berdasarkan wawancara kepada 4.000 responden yang tersebar di 24 negara dunia. Dari 10 tren tersebut beberapa di antaranya, adalah adanya perhatian khusus terhadap perilaku generasi milenial.
Dalam laporan tersebut Ericsson mencatat, produk teknologi akan mengikuti gaya hidup masyarakat milenial. Sebab, pergeseran perilaku turut berubah beriringan dengan teknologi. "Produk teknologi baru akan muncul sebagai akomodasi perubahan teknologi," ujar Presiden Director Ericsson Indonesia Thomas Jul.
RESUME ANALISA
Oleh karenanya melihat populasi pengguna internet di Kalsel yang kian laju bertambah, serta trend generasi milenial yang mendominasi pengguna internet, sudah seharusnya perpustakaan dibentuk sedemikian rupa agar berkoneksi dengan jaringan daring. Agar traffic pembaca meningkat. Oleh karenanya, kita tentu mafhum tingkat dan selera membaca masyarakat Kalsel masih rendah. Namun tanpa ada usaha memperbaiki jelas tidak ada kemajuan. Kaidah fikih dalam Teologi Islam pernah berkata, Jika kita tidak mampu mengerjakan sebagian, tetap jangan tinggalkan seluruhnya.
Jika tak mampu mengubah tingkat baca masyarakat seluruhnya, setidaknya kita bisa mengambil peluang dari tren generasi milenial dan kemudahan teknologi world wide web.
-------------------
*Laporan indepth news oleh jurnalis BeritaBanjarmasin.com, Maya.
Posting Komentar