BERITABANJARMASIN.COM - Perkembangan teknologi memberikan sebuah tanda bagus untuk para emak-emak di Banjarmasin. Perubahan geliat usaha rumah makan juga mengalami revolusi. Fenomena warung makan mikro daring menjadi gejala perubahan.
Revolusi dari dapur rumah emak-emak berkemungkinan semakin massif di kota seribu sungai.
OMZET MEROKET, HANYA DARI DAPUR
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, masyarakat dituntut kreatif untuk bisa bertahan dan menghasilkan uang. Fenomena baru yang ada di masyarakat akibat dampak dari perkembangan zaman salah satunya terjadi pada industri makanan.
Masyarakat yang ingin membeli makanan sekarang tidak perlu repot dengan datang langsung ke restoran dan cukup hanya klik aplikasi yang ada di gawai, beberapa waktu makanan tersebut dapat langsung sampai di depan rumah anda.
Namun di balik menu makanan lezat dan menarik yang anda pesan, ternyata pembuatan makanan tersebut hanya dicreate oleh emak-emak di dapur rumah sederhana. Tak perlu ruko ataupun kursi meja restoran, emak-emak ini mencoba usaha makanannya hanya di dapur yang ia gunakan sehari-hari. Kemudian foto makanan diunggah ke aplikasi angkutan daring, beserta harga. Selanjutnya: tinggal tunggu order dari driver ojek online (Ojol).
Menurut penelusuran BeritaBanjarmasin.com pada sebuah warung yang ada di aplikasi angkutan daring. Yaitu Ayam Geprek Banjarmasin yang berada di kawasan Jalan Sungai Miai Dalam, Banjarmasin Utara. Warung ini hanya menjual ayam geprek di aplikasi online. Dari pemandangan warung tampak luar ini para ojol banyak mengantre untuk mengambil pesanan. Bukan berupa ruko atau bangunan besar. Hanya berupa rumah, namun kita bisa memprediksi berapa omset penjualan dalam sehari. Bisa dilihat dari banyaknya driver Ojol yang saban hari ada di tempat ini.
Hal serupa juga diungkapkan Rita yang berjualan ceker setan pedas, pentol pedas, dan telur pedas di aplikasi angkutan daring.
Kepada wartawan BeritaBanjarmasin.com, emak-emak berumur 46 tahun itu mengungkapkan dirinya bisa mendapatkan keuntungan Rp7-10 juta lebih dalam sebulan dari penjualannya itu.
Rita menuturkan usahanya dimulai akhir tahun 2017 lalu. Ketika ditanya mengapa tidak membuka warung makan, Rita mengungkapkan sudah merasa nyaman dengan waktu berjualan di aplikasi daring. "Lebih enak jualan online sih, tinggal masak kemudian diambil," tutupnya.
"MADZHAB" LOW ASSET MODEL
Tak mengherankan jika para emak-emak di Banjarmasin kini bisa meraup untung besar dengan ruang warung mikro yang nyaris tak seperti warung makan. Bahkan kadang hanya seperti rumah biasa. Hanya dipasang spanduk kecil bertuliskan menu makanan dan nama merek warung. Sekadar penanda kepada driver Ojol, bahwa di bangunan inilah pesanan diambil.
Dalam dunia bisnis, inilah yang dinamakan Low Asset Model. Dengan modal yang minim serta memangkas beberapa biaya bangunan dan barang, model bisnis ini berpeluang bagus karena bantuan aplikasi angkutan daring.
Dalam model bisnis ini, benar-benar memaksimalkan potensi yang ada. Segala hal yang tidak penting akan dipangkas. Minimalis. Namun berproduksi maksimalis.
Di lima kecamatan di Kota Banjarmasin, kini "serbuan" warung makan mikro daring yang dikelola oleh emak-emak dari dapur rumah ini terlihat menjamur. Meski tidak kentara, namun inilah perubahan. Yang di sepuluh tahun lalu, tidak kita temukan dalam skala luas di Banjarmasin.
MEMBERIKAN SOLUSI
Warung makan mikro daring ini berkembang, dipengaruhi pula oleh anggapan masyarakat Banjarmasin. Lebih mudah dan tidak perlu repot bersusah payah untuk mendapatkan makanan yang diinginkan. Ini adalah sebuah solusi.
Gambaran seperti itulah yang disampaikan salah satu pengamat sekaligus akademisi Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Syubhan Annur. Ia pun mengakui menjadi salah satu pengguna jasa aplikasi angkutan daring untuk memesan makanan.
Syubhan menjelaskan fenomena ini merupakan salah satu tren perkembangan zaman yang sah sah saja. Selagi tidak merugikan orang lain. "Kita tidak bisa menghindari perkembangan teknologi yang semakin maju," jelasnya.
Adapun sisi negatif, menurut dia, adalah membuat masyarakat jadi cenderung malas dan kurang aktivitas dan berinteraksi langsung. "Namun tetap sangat penting dalam membantu masyarakat dan meningkatkan pendapatan bagi si driver ojol sendiri," tutur Syubhan.
SIMPEL SIH!
Aplikasi pemesanan seperti Go-Food dan Grab-Food memang menarik minat banyak konsumen selain kemudahan dalam transaksi pembayarannya juga pemesanan makanan yang terbilang mudah.
Saat ditanya, mayoritas pengguna jasa ini akan menjawab dengan satu muara penyebab: Simpel Sih!
mereka (konsumen, red) bisa berinteraksi dengan media yang ada. Menggunakan aplikasi smartphone yang menghubungkan mereka langsung dengan driver ojol.Konsumennya berbagai kalangan mulai dari remaja,dewasa bahkan orang tua menggunakan aplikasi ini untuk memesan makanan, tanpa perlu repot beranjak dari tempat, untuk membeli menu santapan ke luar.
Jika melihat menu makanan yang ada di aplikasi Go-Food dan Grab-Food maka kita lihat banyak aneka ragam menu makanan tersedia disana dari Cemilan sampai makanan besar. Foto makanan di sediakan dengan tampilan semenarik mungkin.
Hal ini tidak lepas dari peran usaha usaha kecil, menengah dan besar yang ikut menjalankan usaha mereka dengan berbasis media sosial.
Usaha kecil atau yang biasanya kita sebut warung halus ini tidak mau kalah dalam menjalankan usahanya, dengan memanfaatkan teknologi digital yang ada mereka berkreativitas dan berinovasi menjual kuliner mereka secara daring.
Pemilik usaha warung mikro daring ini mempunyai lapangan pekerjaan yang mereka buat sendiri dan sebagai pemilik tunggal. Bagi mereka, memulai bisnis kecil dengan usaha dagang adalah bentuk yang dipandang serta dirasa paling sesuai.
Salah satu pelanggan di fitur aplikasi pemesanan makanan daring, Riska menuturkan bahwa perkembangan warung-warung halus (kecil) itu bagus untuk kemajuan usaha usaha kecil di Banjarmasin. "Membantu sekali," tegasnya singkat.
MERAMBAH KE RUMAH MAKAN BESAR
Gempuran dari para emak-emak yang kini mulai membuka warung makan dan memasarkannya lewat aplikasi daring rupanya menjadi semacam warning system bagi rumah makan besar di kota ini.
Kini rumah makan besar dan ternama pun ikut andil dalam bisnis yang mereka jalankan dengan mengikuti trend masa kini. Mereka berinovasi tidak hanya di tempat bangunan mewah, para pebisnis dagang ini juga menjualnya secara daring. Lagi-lagi, lewat aplikasi angkutan daring. Meski ada pula yang memliki armada angkutan daring independen.
BeritaBanjarmasin.com pekan ini mencoba menelusuri berberapa tempat Fast Food Restaurant di Jalan Lambung Mangkurat, di bilangan Banjarmasin Tengah.
Dari penelusuran BeritaBanjarmasin.com
sebuah outlet rumah makan franchise yang baru dibuka tersebut sangat ramai pengunjung, terutama dari ojek daring yang mendapatkan pesanan makanan dari aplikasi seperti Go-Food dan Grab-Food.
sebuah outlet rumah makan franchise yang baru dibuka tersebut sangat ramai pengunjung, terutama dari ojek daring yang mendapatkan pesanan makanan dari aplikasi seperti Go-Food dan Grab-Food.
Ini merupakan Fenomena rumah makan besar yang ikut ambil bagian dalam bisnis yang sama dengan inovasi berbeda. Mereka menggunakan media dalam digitalisasi pesan makan. Hal ini bisa kita lihat dari menu-menu pilihan yang di tampilkan dari kedua fast food restaurant pada aplikasi tersebut.
BAGAIMANA NANTI?
Masa depan jelas bukan ranah manusia untuk menjawabnya. Kita hanya bisa menduga-duga. Namun dugaan yang dilengkapi dengan data dan kajian yang komprehensif. Tanpa data dan kajian, bisa diibaratkan seperti petualang tanpa kompas dan peta.
Oleh karena itu, revolusi "makanan" dari dapur emak di Banjarmasin ini perlu diteliti. Karena secara organik, dia bertransformasi menjadi solusi ekonomi yang tengah dirasakan melemah oleh masyarakat akar rumput. Secara mandiri menjadi problem solver untuk kemandirian ekonomi yang berdaulat.
Fenomena ini sebenarnya juga merupakan dampak dari Revolusi Industri 4.0. Melansir dari CNBC Indonesia, Klaus Schwab adalah sosok yang pertama kali mengemukakan istilah itu kepada publik pada 2016 silam dalam bukunya "Revolusi Industri Keempat" di pertemuan Davos pada tahun yang sama.
Schwab berpendapat, revolusi teknologi sedang berlangsung dan mengaburkan batas antara bidang fisik, digital dan biologis. Sederhananya, revolusi industri keempat akan mengacu pada bagaimana teknologi seperti kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), kendaraan otonom, dan internet saling memengaruhi kehidupan manusia.
Menurutnya, perubahan teknologi ini secara drastis akan mengubah cara individu, perusahaan, dan pemerintah bekerja yang pada akhirnya mengarah pada transformasi masyarakat yang serupa dengan revolusi industri sebelumnya.
Menurutnya, perubahan teknologi ini secara drastis akan mengubah cara individu, perusahaan, dan pemerintah bekerja yang pada akhirnya mengarah pada transformasi masyarakat yang serupa dengan revolusi industri sebelumnya.
Di atas kertas, revolusi warung makan mikro ini grafiknya memang menggembirakan, namun dari segi kualitas dan kesehatan tentu perihal lain yang juga harus diremah dengan detil. Kita tunggu saja, apakah akan lebih banyak bermunculan emak-emak patron revolusi ekonomi yang berjuang dari dapurnya, atau malah kalah dengan rumah makan besar? Data adalah kuncinya. (arum/puji/maya/sip)
Indepth News BeritaBanjarmasin.com edisi, Senin 21 Januari 2019
Posting Komentar