BERITABANJARMASIN.COM - Peter Frans, Ketua Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo) berujar para konsultan di Kalsel jangan hanya terfokus bergerak di bidang kontruksi saja, tetapi juga harus mulai bergerak di bidang non kontruksi.
Hal ini disampaikannya usai menghadiri pembukaan Rapat Kerja Provinsi DPP Inkindo Kalsel di Hotel Best Western Kindai, Sabtu (27/4/2019). "Di daerah para konsultan hanya mengandalkan bidang kontruksi saja, padahal bidang kontruksi hanya memperbutkan 20 persen dari total 100 persen," ucapnya.
Dikatakannya, bisnis konsultan di luar kontruksi sangat banyak peluang untuk dikembangkan seperti kesehatan, pendidikan, pertanian dan lain-lain. "Padahal banyak, pemainnya rata-rata dari pusat Jakarta," tuturnya.
Untuk itu, Inkindo daerah disarankan pindah ke rumpun non kontruksi karena pemberdayaan masyarakat, kesehatan, pendidikan itu semuanya merupakan konsultan non kontruksi.
Peter mengambil contoh di Jakarta menurutnya bisnis konsultan dapat dikembangkan dari manusia lahir hingga meninggal. Lahir di rumah sakit yang di desain oleh konsultan, hingga meninggal ada yang namanya kuburan Sandiago Hel yang juga didesain oleh konsultan. "Artinya apa, ini berarti bisnis konsultan non kontruksi bisa dikembangkan, sedangkan untuk di daerah banyak di bidang kontruksi," paparnya.
Mantan Ketua Inkindo DPP DKI Jakarta ini berharap konsultan daerah bisa naik kelas. Walaupun, diakuinya memang belum tergeluti. "Kita menginginkan konsultan daerah agar naik kelas, jangan main di daerah saja," tandasnya.
Untuk menyiasati agar konsultan naik kelas menurutnya bisa dilakukan dengan menaikan bilingrid minimal, karena di Kalsel UMR di bawah Jakarta. "Bagaimana insinyur mau berkembang dibayar dua sampai tiga juta," ucapnya.
Dijelaskannya, Konsultan seharusnya dibayar minimum Rp17 -77 juta. Sedangkan konsultan asing yang masuk ke Indonesia dibayar Rp200 juta. "Ini kan jauh sekali hampir 20 kali lipat perbedaannya, tidak ada negara maju kalau konsultannya tidak maju, karena konsultan membuat peradaban baru," ujarnya.
Di sisi lain, Syamsul Arifin Ketua DPP Inkindo Kalsel mengakui untuk wilayah Kalsel memang kebanyakan bergerak di bidang kontruksi saja, belum merambah di jalur non kontruksi. Ke depan, DPP Inkindo Kalsel akan mencoba membuka peluang-peluang baru di bidang non kontruksi. "Empat tahun ke depan kita doronglah, Insya Allah siap bergerak di luad jalur kontruksi," tutupnya. (puji/sip)
Hal ini disampaikannya usai menghadiri pembukaan Rapat Kerja Provinsi DPP Inkindo Kalsel di Hotel Best Western Kindai, Sabtu (27/4/2019). "Di daerah para konsultan hanya mengandalkan bidang kontruksi saja, padahal bidang kontruksi hanya memperbutkan 20 persen dari total 100 persen," ucapnya.
Dikatakannya, bisnis konsultan di luar kontruksi sangat banyak peluang untuk dikembangkan seperti kesehatan, pendidikan, pertanian dan lain-lain. "Padahal banyak, pemainnya rata-rata dari pusat Jakarta," tuturnya.
Untuk itu, Inkindo daerah disarankan pindah ke rumpun non kontruksi karena pemberdayaan masyarakat, kesehatan, pendidikan itu semuanya merupakan konsultan non kontruksi.
Peter mengambil contoh di Jakarta menurutnya bisnis konsultan dapat dikembangkan dari manusia lahir hingga meninggal. Lahir di rumah sakit yang di desain oleh konsultan, hingga meninggal ada yang namanya kuburan Sandiago Hel yang juga didesain oleh konsultan. "Artinya apa, ini berarti bisnis konsultan non kontruksi bisa dikembangkan, sedangkan untuk di daerah banyak di bidang kontruksi," paparnya.
Mantan Ketua Inkindo DPP DKI Jakarta ini berharap konsultan daerah bisa naik kelas. Walaupun, diakuinya memang belum tergeluti. "Kita menginginkan konsultan daerah agar naik kelas, jangan main di daerah saja," tandasnya.
Untuk menyiasati agar konsultan naik kelas menurutnya bisa dilakukan dengan menaikan bilingrid minimal, karena di Kalsel UMR di bawah Jakarta. "Bagaimana insinyur mau berkembang dibayar dua sampai tiga juta," ucapnya.
Dijelaskannya, Konsultan seharusnya dibayar minimum Rp17 -77 juta. Sedangkan konsultan asing yang masuk ke Indonesia dibayar Rp200 juta. "Ini kan jauh sekali hampir 20 kali lipat perbedaannya, tidak ada negara maju kalau konsultannya tidak maju, karena konsultan membuat peradaban baru," ujarnya.
Di sisi lain, Syamsul Arifin Ketua DPP Inkindo Kalsel mengakui untuk wilayah Kalsel memang kebanyakan bergerak di bidang kontruksi saja, belum merambah di jalur non kontruksi. Ke depan, DPP Inkindo Kalsel akan mencoba membuka peluang-peluang baru di bidang non kontruksi. "Empat tahun ke depan kita doronglah, Insya Allah siap bergerak di luad jalur kontruksi," tutupnya. (puji/sip)
Posting Komentar