BERITABANJARMASIN.COM - Siti Mauliana Hairini, pengamat politik dari FISIP ULM mengatakan hasil hitung cepat yang memenangkan capres 02, Prabowo-Sandi hingga di atas 60 persen di Kalsel, menarik untuk dicermati. Mengingat mesin koalisi capres 01 adalah parpol penguasa di Bumi Sultan Suriansyah.
Dipaparkannya, perlu diteliti lebih dalam mengapa mesin koalisi partai pendukung capres 01 yang merupakan partai penguasa dan dominan di Kalsel tak mampu mempengaruhi pilihan masyarakat.
"Karena kita ketahui, secara kuantitas koalisi partai capres 02 jauh lebih kecil dibandingkan 01. Bahkan Kalsel tidak menjadi daerah yang difokuskan untuk menggelar Rapat Akbar oleh tim pemenangan pasangan 02," urainya.
Namun, ia ingin menekankan bahwa quick count pada dasarnya merupakan wujud dari pengaplikasian metode kuantitatif yang memberikan gambaran umum dan cepat pada hasil pemilu. Sehingga hasil quick count tidak akan mampu secara pasti menggambarkan hasil pemilu secara seutuhnya.
Sehingga, papar dia, sebesar apapun hasil quick count pada Pemilu 2019 tidak akan memberikan otoritas bagi kedua pasangan calon baik 01 maupun 02. Maka dari itu quick count menurutnya perlu diletakkan sebagai prediksi dan informasi yang dikemas secara ilmiah. Namun bisa saja berubah atau berbeda hasil dikarenakan perbedaan metode ataupun sampling TPS.
Masyarakat Kalsel maupun seluruh Indonesia dikatakannya perlu kedewasaan dalam menyikapi perbedaan hasil quick count dan tetap tenang mengawal perhitungan hasil real count KPU.
Bahkan yang terpenting dikatakannya adalah kearifan para peserta pemilu untuk menjaga perdamaian dan persatuan agar tidak saling melakukan klaim dan tuduhan satu sama lain. "Sejatinya keterpilihan calon presiden berlandaskan pada hasil real count oleh KPU," tegasnya. (maya/sip)
Posting Komentar