BERITABANJARMASIN.COM - Beberapa organisasi ekstra kampus dan juga sejumlah Badan Eksekutif Mahasiswa di Kalimantan Selatan gelar diskusi merumuskan dan menyamaratakan persepsi di Aula edotel SMK 4 Banjarmasin.
Bertajuk Dialog Khas Mahasiswa (Dialogika) mengusuung tema "Peran Pergerakan Mahasiswa Islam Dulu, Sekarang dan yang Akan Datang dalam Selematkan Negeri."
Zainuddin Assajdah selaku Ketua Panitia pada Dialogika ini mengharapkan dengan diadakannya pertemuan aktivis ini, bisa mengembalikan sikap idealisme dan kritisme mahasiswa ditengah era milenial ini. "kami ingin menegaskan bahwa mahasiswa tidak akan loyo lagi, kami tidak akan takut ditekan dan tidak akan mundur bila melihat kezaliman yang ada," tuturnya kepada BeritaBanjarmasin.com pada Selasa (30/4/2019).
Dikatakannya, pada forum ini pihaknya menegaskan bahwa pernyataan aktivis pergerakan mahasiswa Islam itu terpecah belah adalah salah besar. "Hari ini kami buktikan bahwa kami masih bersatu, kami masih bersatu untuk melawan kezaliman dan kemunkaran, kami masih bersatu untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin dan kesejahteraan seluruh rakyat," paparnya.
Pada kesempatan kali ini didapuk menjadi pembicara adalah Pengurus Wilayah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kalsel (IMM) , Pengurus Wilayah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Kalsel (KAMMI), Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Kalsel (PII), Pengurus Wilayah BEM Seindonesi Kalsel (BEM SI) Koordinator Wilayah Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus Kalsel (BKLDK), dan Gerakan Mahasiswa Pembebasan Kalsel (GP) selaku Panitia penyelenggara.
Tidak ketinggalan, kegiatan ini juga dihadiri tamu undangan dari BEM UIN Antasari, BEM ULM, BEM UNISKA, BEM Poliban, BEM UMB, BEM STEI, dan beberapa Lembaga Dakwah Kampus di Kalimantan Selatan, seperti Angkatan Muda Mesjid Baitul Hikmah (AMBH) ULM, LDK Al-Qudwah ULM, LKI Poliban, KDK Al-Karomah Uniska, dan BMI Kalsel hadir untuk meramaikan sekaligus bersilaturahmi antara sesama Aktivis Mahasiswa.
Menjawab hal itu perwakilan PII Kalsel, Muhammad Tarmiji mengatakan dirinya bangga bisa disebut radikal, karena radikal itu asal katanya radix atau akar, jadi kalau diartikan yaitu orang yang berprinsip, orang yang landasannya mengakar, dan aneh jika seseorang beriman atau berislam namun keimanan dan keislamannya tidak mengakar.
PII dahulu adalah organisasi dengan Ideologi Islam juga pernah dibubarkan dan mengalami masa tekanan dari Rezim karena perbedaan pendapat. dan selama berpegang teguh dengan islam mereka tetap bertahan, dikutip pesannya kepada peserta yang ada disana "Jangan Takut memegang prinsip-prinsip Islam, karena Allah akan menolong kita semua"
Perwakilan IMM Kalsel, Laili yang ingin menyudahi segala perdebatan yang melahirkan perpecahan. "sudah cukup cape kita dipecah belah, saatnya mahasiswa muslim bersatu memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan rakyat. jangan terpancing terhadap upaya-upaya untuk memecah persatuan umat dan aktivis mahasiswa Islam oleh pihak-pihak yang tidak suka dengan islam. "dan kita sudah ketahui bersama bahwa kunci dari akar masalah umat islam saat ini Adalah persatuan"
Hal senada juga diungkapkan oleh perwakilan BKLDK Kalsel, Ahmad Junaidi yang mengungkapkan bahwa kegiatan ini mereflesikan kembali khittah perjuangan dakwah mahasiswa untuk tidak berhenti. Junaidi menjelaskan meskipun dia sudah lulus, kewajibannya untuk berdakwah terus ada dan harus tetap berlanjut.
Pernyataan lain diungkapkan oleh perwakilan dari Gema Pembebasan Pusat, Rizki Pattamajaya yang jauh-jauh dari Jakarta memberikan gambaran strategisnya posisi mahasiswa dalam perubahan. Dikatakannya, mahasiswa berada dalam piramidanya ditengah antara rakyat dan penguasa, pada satu sisi Mahasiswa itu menjadi penyambung lidah Rakyat , pada sisi lain menjadi pengontrol kebijakan-kebijakan pemerintah. "Namun bagaimana dengan keadaan saat ini? mahasiswa ditekan, diancam, bahkan dipersekusi kegiatan dan suaranya," tuturnya. (puji/sip)
Bertajuk Dialog Khas Mahasiswa (Dialogika) mengusuung tema "Peran Pergerakan Mahasiswa Islam Dulu, Sekarang dan yang Akan Datang dalam Selematkan Negeri."
Zainuddin Assajdah selaku Ketua Panitia pada Dialogika ini mengharapkan dengan diadakannya pertemuan aktivis ini, bisa mengembalikan sikap idealisme dan kritisme mahasiswa ditengah era milenial ini. "kami ingin menegaskan bahwa mahasiswa tidak akan loyo lagi, kami tidak akan takut ditekan dan tidak akan mundur bila melihat kezaliman yang ada," tuturnya kepada BeritaBanjarmasin.com pada Selasa (30/4/2019).
Dikatakannya, pada forum ini pihaknya menegaskan bahwa pernyataan aktivis pergerakan mahasiswa Islam itu terpecah belah adalah salah besar. "Hari ini kami buktikan bahwa kami masih bersatu, kami masih bersatu untuk melawan kezaliman dan kemunkaran, kami masih bersatu untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin dan kesejahteraan seluruh rakyat," paparnya.
Pada kesempatan kali ini didapuk menjadi pembicara adalah Pengurus Wilayah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kalsel (IMM) , Pengurus Wilayah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Kalsel (KAMMI), Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Kalsel (PII), Pengurus Wilayah BEM Seindonesi Kalsel (BEM SI) Koordinator Wilayah Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus Kalsel (BKLDK), dan Gerakan Mahasiswa Pembebasan Kalsel (GP) selaku Panitia penyelenggara.
Tidak ketinggalan, kegiatan ini juga dihadiri tamu undangan dari BEM UIN Antasari, BEM ULM, BEM UNISKA, BEM Poliban, BEM UMB, BEM STEI, dan beberapa Lembaga Dakwah Kampus di Kalimantan Selatan, seperti Angkatan Muda Mesjid Baitul Hikmah (AMBH) ULM, LDK Al-Qudwah ULM, LKI Poliban, KDK Al-Karomah Uniska, dan BMI Kalsel hadir untuk meramaikan sekaligus bersilaturahmi antara sesama Aktivis Mahasiswa.
Menjawab hal itu perwakilan PII Kalsel, Muhammad Tarmiji mengatakan dirinya bangga bisa disebut radikal, karena radikal itu asal katanya radix atau akar, jadi kalau diartikan yaitu orang yang berprinsip, orang yang landasannya mengakar, dan aneh jika seseorang beriman atau berislam namun keimanan dan keislamannya tidak mengakar.
PII dahulu adalah organisasi dengan Ideologi Islam juga pernah dibubarkan dan mengalami masa tekanan dari Rezim karena perbedaan pendapat. dan selama berpegang teguh dengan islam mereka tetap bertahan, dikutip pesannya kepada peserta yang ada disana "Jangan Takut memegang prinsip-prinsip Islam, karena Allah akan menolong kita semua"
Perwakilan IMM Kalsel, Laili yang ingin menyudahi segala perdebatan yang melahirkan perpecahan. "sudah cukup cape kita dipecah belah, saatnya mahasiswa muslim bersatu memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan rakyat. jangan terpancing terhadap upaya-upaya untuk memecah persatuan umat dan aktivis mahasiswa Islam oleh pihak-pihak yang tidak suka dengan islam. "dan kita sudah ketahui bersama bahwa kunci dari akar masalah umat islam saat ini Adalah persatuan"
Hal senada juga diungkapkan oleh perwakilan BKLDK Kalsel, Ahmad Junaidi yang mengungkapkan bahwa kegiatan ini mereflesikan kembali khittah perjuangan dakwah mahasiswa untuk tidak berhenti. Junaidi menjelaskan meskipun dia sudah lulus, kewajibannya untuk berdakwah terus ada dan harus tetap berlanjut.
Pernyataan lain diungkapkan oleh perwakilan dari Gema Pembebasan Pusat, Rizki Pattamajaya yang jauh-jauh dari Jakarta memberikan gambaran strategisnya posisi mahasiswa dalam perubahan. Dikatakannya, mahasiswa berada dalam piramidanya ditengah antara rakyat dan penguasa, pada satu sisi Mahasiswa itu menjadi penyambung lidah Rakyat , pada sisi lain menjadi pengontrol kebijakan-kebijakan pemerintah. "Namun bagaimana dengan keadaan saat ini? mahasiswa ditekan, diancam, bahkan dipersekusi kegiatan dan suaranya," tuturnya. (puji/sip)
Posting Komentar