BERITABANJARMASIN.COM - Silaturahmi organisasi pergerakan mahasiswa di Kalsel terus dialin, kali ini para aktivis pergerakan mahasiswa berkumpul dalam Kajian Politik Khas Mahasiswa sekaligus buka puasa bersama, di ruang VIP RM Ayam Bakar Bang Ozi Banjarmasin.
Kajian politik khas mahasiswa kali ini mengangkat tema utang luar negeri dalam perspektif Islam, yang dibedah oleh akademisi alumni Universitas Birmingham Inggris, Hidayatullah Muttaqin.
Hidayatulla Mutaqin menyampaikan beberapa hal, menurutnya diyakini banyak kalangan dapat memberikan kerugian bagi Indonesia, dari 28 kerja sama antara Indonesia dan luar negeri dalam kerangka tersebut, nilainya mencapai US$91 miliar, atau lebih dari Rp1.288 triliun.
"Jika Selat Malaka diblokade oleh Amerika kelak, maka alternatif jalur paling singkat menuju Samudera Hindia, Laut Arab, dan lain-lain guna mengamankan jalur suplai energi sesuai rute String of Pearls dulu adalah Selat Sunda, atau Selat Lombok dan lainnya,” ucapnya kepada Beritabanjarmasin.com, Kamis (30/5/2019).
Menurutnya juga proyek-proyek infrastruktur itu sebagai utang dalam bentuk konsesi jangka panjang, dimana satu perusahaan asimg mengoperasikan fasilitas itu dengan konsesi 20-30 tahun dan membagi keuntungannya dengan mitra lokal atau pemerintah negara setempat.
Muttaqin mengungkapkan fakta yang menunjukkan bahwa utang luar negeri cukup membahayakan. "Risiko terbesarnya adalah gagal bayar utang, Zimbabwe menjadi contoh cerita yang mengenaskan, gagal membayar utang sebesar US$40 juta kepada negara asing, sejak 1 Januari 2016, mata uangnya harus diganti, sebagai imbalan penghapusan utang," ucapnya.
Menurut Hidayatullah Mutakin juga risiko seperti itu tidak mustahil, bila melihat pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang dilakukan secara massif, polanya mirip dengan apa yang dilakukan oleh negara-negara yang gagal membayar utang.
Para peserta antusias mendengarkan pemaparan pembicara, dan diskusipun berlangsung hangat, lalu ditutup dengan buka puasa dan makan bersama. Dalam kajian politik khas mahasiswa yang di inisiasi oleh Gerakan Mahasiswa Pembebasan Kalsel ini, turut hadir para perwakilan dari berbagai aktivis pergerakan mahasiswa Kalsel lainnya diantaranya adalah, Ketua PW KAMMI Kalsel, Ketua Korwil BKLDK Kalsel, PW PII Kalsel, Ketua IMM Banjarmasin, PW BEM SI Kalseltim, Presiden BEM ULM, Presiden BEM Poliban dan Presiden BEM Akfar ISFI Banjarmasin. (fitri/sip)
Kajian politik khas mahasiswa kali ini mengangkat tema utang luar negeri dalam perspektif Islam, yang dibedah oleh akademisi alumni Universitas Birmingham Inggris, Hidayatullah Muttaqin.
Hidayatulla Mutaqin menyampaikan beberapa hal, menurutnya diyakini banyak kalangan dapat memberikan kerugian bagi Indonesia, dari 28 kerja sama antara Indonesia dan luar negeri dalam kerangka tersebut, nilainya mencapai US$91 miliar, atau lebih dari Rp1.288 triliun.
"Jika Selat Malaka diblokade oleh Amerika kelak, maka alternatif jalur paling singkat menuju Samudera Hindia, Laut Arab, dan lain-lain guna mengamankan jalur suplai energi sesuai rute String of Pearls dulu adalah Selat Sunda, atau Selat Lombok dan lainnya,” ucapnya kepada Beritabanjarmasin.com, Kamis (30/5/2019).
Menurutnya juga proyek-proyek infrastruktur itu sebagai utang dalam bentuk konsesi jangka panjang, dimana satu perusahaan asimg mengoperasikan fasilitas itu dengan konsesi 20-30 tahun dan membagi keuntungannya dengan mitra lokal atau pemerintah negara setempat.
Muttaqin mengungkapkan fakta yang menunjukkan bahwa utang luar negeri cukup membahayakan. "Risiko terbesarnya adalah gagal bayar utang, Zimbabwe menjadi contoh cerita yang mengenaskan, gagal membayar utang sebesar US$40 juta kepada negara asing, sejak 1 Januari 2016, mata uangnya harus diganti, sebagai imbalan penghapusan utang," ucapnya.
Menurut Hidayatullah Mutakin juga risiko seperti itu tidak mustahil, bila melihat pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang dilakukan secara massif, polanya mirip dengan apa yang dilakukan oleh negara-negara yang gagal membayar utang.
Para peserta antusias mendengarkan pemaparan pembicara, dan diskusipun berlangsung hangat, lalu ditutup dengan buka puasa dan makan bersama. Dalam kajian politik khas mahasiswa yang di inisiasi oleh Gerakan Mahasiswa Pembebasan Kalsel ini, turut hadir para perwakilan dari berbagai aktivis pergerakan mahasiswa Kalsel lainnya diantaranya adalah, Ketua PW KAMMI Kalsel, Ketua Korwil BKLDK Kalsel, PW PII Kalsel, Ketua IMM Banjarmasin, PW BEM SI Kalseltim, Presiden BEM ULM, Presiden BEM Poliban dan Presiden BEM Akfar ISFI Banjarmasin. (fitri/sip)
Posting Komentar