BERITABANJARMASIN.COM - #SaveMeratus merupakan sebuah gerakan menolak eksploitasi kawasan Pegunungan Meratus. Apalagi hutan di pegunungan ini, disebut-sebut sebagai benteng terakhir hutan hujan di Kalimantan Selatan.
Hal inilah yang didiskusikan oleh Dewan Mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin bersama Walhi Kalsel, Jumat (3/5/2019) di halaman Perpustakaan UIN Antasari.
Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono selaku narasumber menjelaskan beberapa hal yang bisa dilakukan oleh mahasiswa sebagai kaum intelektual untuk menjaga kelestarian Meratus. "Sebagai mahasiswa harus tau siapa kita, posisi kita sebagai apa, potensi kita apa, dan apa yang kita perjuangkan," ucapnya.
Karena, ujarnya, jika belum memahami itu semua, semua diperjuangkan belum tentu akan berhasil. "Kita harus memahami bahwa Meratus sendiri ibarat atap dari Pulau Kalimantan dan sumber air bagi masyarakat Kalimantan Selatan khususnya penduduk asli Meratus," tegas Kisworo.
Sehingga dengan begitu jika atap yang kita miliki bocor bahkan dirusak orang tentu akan menyebabkan ketidakseimbangan. Begitulah gambaran dari Meratus. "Sudah menjadi kewajiban kita masyarakat Kalimantan Selatan untuk ikut menjaga dan berjuang mempertahankan kelestarian Pegunungan Meratus," ucapnya.
Sementara itu, Reza, Kabid Advokasi DEMA UIN Antasari mengatakan, tujuan diadakannya diskusi, agar mahasiswa tahu perkembangan Pegunungan Meratus. "Harus diperhatikan, (jangan ada aktivitas) tambang masuk ke sana," ucap Reza Erlangga. (fitri/sip)
Hal inilah yang didiskusikan oleh Dewan Mahasiswa UIN Antasari Banjarmasin bersama Walhi Kalsel, Jumat (3/5/2019) di halaman Perpustakaan UIN Antasari.
Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono selaku narasumber menjelaskan beberapa hal yang bisa dilakukan oleh mahasiswa sebagai kaum intelektual untuk menjaga kelestarian Meratus. "Sebagai mahasiswa harus tau siapa kita, posisi kita sebagai apa, potensi kita apa, dan apa yang kita perjuangkan," ucapnya.
Karena, ujarnya, jika belum memahami itu semua, semua diperjuangkan belum tentu akan berhasil. "Kita harus memahami bahwa Meratus sendiri ibarat atap dari Pulau Kalimantan dan sumber air bagi masyarakat Kalimantan Selatan khususnya penduduk asli Meratus," tegas Kisworo.
Sehingga dengan begitu jika atap yang kita miliki bocor bahkan dirusak orang tentu akan menyebabkan ketidakseimbangan. Begitulah gambaran dari Meratus. "Sudah menjadi kewajiban kita masyarakat Kalimantan Selatan untuk ikut menjaga dan berjuang mempertahankan kelestarian Pegunungan Meratus," ucapnya.
Sementara itu, Reza, Kabid Advokasi DEMA UIN Antasari mengatakan, tujuan diadakannya diskusi, agar mahasiswa tahu perkembangan Pegunungan Meratus. "Harus diperhatikan, (jangan ada aktivitas) tambang masuk ke sana," ucap Reza Erlangga. (fitri/sip)
Posting Komentar