BERITABANJARMASIN.COM - Sebagian mereka yang tunawisma dan mengalami gangguan kejiwaan ditempatkan di rumah singgah milik Dinas Sosial di Jalan Gubernur Soebardjo, Banjarmasin. Namun tahukah anda, bagaimana pengalaman petugas di sana?
Saat memasuki rumah singgah ini kita akan mendapati bangunan sederhana dengan bangunan utama untuk menerima laporan dan menerima tamu. Di sisi kiri bangunan utama ada dua buah bangunan untuk para pasien yang dipisah dengan tembok yang memisahkan pasien laki-laki dan perempuan.
Di tempat terpisah terdapat bangunan yang sama untuk para pasien dengan tingkat penyembuhan hampir 60 - 70 persen. Untuk menuju tempat ini melalui jalan titian yang menghubungkan dengan bangunan utama.
Di rumah singgah inilah para pasien menghabiskan hari-hari mereka untuk penyembuhan pasca perawatan dan pengobatan yang dijalani. Petugas sosial di rumah singgah ini biasanya bekerja paruh waktu dengan metode shift. tiga orang bekerja pada pagi hari dan tiga orang pada malam hari.
Saat ditemui BeritaBanjarmasin.com, Rahmat, laki-laki yang sudah bekerja tiga tahun lamanya di tempat ini bercerita mengenai pekerjaan yang diembannya. Menurutnya, menggeluti bidang pekerjaan seperti ini perlu kesabaran dan punya rasa kemanusiaan yang tinggi.
Selain memberi makan kepada para pasien ia juga kerap kali membersihkan sisa kotoran para pasien apabila ada yang buang air di kamar. Selain itu memandikan dan merawat juga bagian dari tugas mereka. "Memandikan, membersihkan kotoran, dikarenakan dari pasien ada yang lumpuh ada yang tidak bisa beraktivitas," ujarnya.
Dirinya mengatakan biasanya orang-orang yang tinggal di sana merupakan kiriman dari Satpol PP, warga dan pihak kepolisian yang menemukan mereka. Tak jarang kata ia, jika kambuh atau dalam artian pasien yang tidak bisa terlepas dari obat-obat bertindak kurang baik. "Kita di sini selain merawat mereka, juga harus bisa berteman dengan mereka, sehingga saat kita membantu petugas dalam mengamankan mereka, tidak merasa asing lagi dengan kita," ungkapnya.
Rahmat sendiri harus menempuh jarak yang cukup jauh dari rumahnya yang berlokasi di Handil Bakti, Kabupaten Batola. Namun tidak menyurutkan lelaki paruh baya ini untuk berdedikasi.
Setiap setengah bulan sekali pihak rumah sakit datang untuk memeriksa keadaan pasien di sana. Bila harus melakukan pemeriksaan dan perawatan lebih intensif, Rahmat tak segan membantu mengantarkannya ke rumah sakit. "Biasanya pasien di sini merupakan kiriman dari Sambang Lihum jika keadaan lebih baik (agak normal) mereka akan diantar ke rumah singgah ini," terangnya.
Di Hari Raya Idul Fitri menurut pantauan jurnalis BeritaBanjarmasin.com tempat ini sepi dari kunjungan, hanya terlihat satu orang yang mengirimkan barang dalam bentuk kardus kepada keluarganya di sana. Hal ini tidak terlepas dari mayoritas pengunjung di sana adalah orang terlantar yang sudah tidak memiliki sanak kerabat lagi. Total kata Rahmat, pasien yang dalam tahap perawatan di sana sebanyak 30 orang. (maya/sip)
Posting Komentar