TANAH BUMBU – Permasalahan putus sekolah akibat kondisi ekonomi keluarga yang kurang kembali ditemukan di Kalimantan Selatan. Jika sebelumnya ada Ira di Kabupaten Kotabaru, kini persoalan putus sekolah menimpa dua kakak beradik di Kabupaten Tanah Bumbu, tepatnya di Desa Rantau Panjang Hilir. Bunga Dahlia (17) sang kakak, sudah dua tahun putus sekolah karena keterbatasan biaya. Sementara Bunga Dahlinda (13), ia terancam tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMP.
Dahlia dan Linda – sapaan akrab Bunga Dahlinda – merupakan anak dari Kiding (40) dan Yupe (34). Linda baru saja lulus dari SDN Rantau Panjang dan terancam bernasib serupa dengan sang kakak. Kiding, yang hanya seorang nelayan penangkap kepiting bakau, mengaku tak punya biaya untuk membeli seragam dan keperluan sekolah lainnya. “Sebulan rata-rata hanya bisa mengumpulkan uang Rp 500 ribu, sedangkan kalau sekolah SMP Linda harus punya sepeda untuk ke sekolah. Harga sepeda sekarang paling murah Rp 1,5 juta. Dari mana saya punya uang sebanyak itu?” ungkap Kiding, saat tim Masyarakat Relawan Indonesia (MRI)-ACT di Tanah Bumbu mengunjungi kediamannya, Senin (15/7/2019).
Namun, rupanya rezeki menghampiri Linda. Saat itu, sekitar pukul 07.30 WITA, tim MRI-ACT di Tanah Bumbu bersama Komunitas Fastabiqul Khairat (KFK) menjemput Linda dan ayahnya untuk mendaftar di sekolah SMPN 4 Kusan Hilir. “Alhamdulillah, terima kasih telah peduli kepada kami,” ucap Kiding terbata. Senyum bahagia meliputi wajahnya. Begitu pula Linda, senyum lebar mengembang di wajah bulatnya.
Setibanya di sekolah, Anjar Sufangat selaku ketua MRI Tanah Bumbu langsung menemui Kepala Sekolah SMPN 4 Kusan Hilir Darwis M.Pd. Begitu mengetahui maksud kedatangan tim, Darwis M.Pd pun merespon baik. “Semua biaya administrasi kami gratiskan,” tegas Darwin.
Ucapan Darwis itu melahirkan rona kebahagiaan tak hanya bagi keluarga Kiding, tapi juga para relawan. “Alhamdulillah kebaikan menyelimuti aksi hari ini,” ucap Anjar.
Selepas itu, tim MRI-ACT mengajak Linda ke Pasar Pagatan yang berjarak sekitar 11 km dari sekolah. “Kami ingin membelikan seragam dan perlengkapan sekolah lainnya, termasuk sepeda untuk transportasi ke sekolah,” terang Anjar.
Kegembiraan nampak di wajah Linda. Matanya berkaca-kaca saat mengenakan tas dan sepeda baru yang akan digunakan untuk sekolah nanti. Ia seakan tidak percaya bahwa mimpinya yang sempat akan terhenti kini bisa dirajut kembali.
“Ini adalah kebaikan dermawan, kami hanya menjembatani. Alhamdulillah donasi yang dititipkan bisa merajut kembali mimpi anak-anak yang putus sekolah,” imbuh Anjar. Ia menambahkan, untuk Bunga Dahlia, ia akan didaftarkan ke sekolah paket C agar mendapatkan ijazah.
“Saat ini kami juga bersama MSR – ACT Kalsel sedang menggalang dana untuk memperbaiki rumah keluarga Kiding. Keluarga ini kini tinggal di gubuk ukuran 2x3 meter, kondisinya memprihatinkan jadi harus kita bantu bersama-sama,” tandas Anjar. []
(ACT Kalsel - Retno Sulisetiyani)
Dahlia dan Linda – sapaan akrab Bunga Dahlinda – merupakan anak dari Kiding (40) dan Yupe (34). Linda baru saja lulus dari SDN Rantau Panjang dan terancam bernasib serupa dengan sang kakak. Kiding, yang hanya seorang nelayan penangkap kepiting bakau, mengaku tak punya biaya untuk membeli seragam dan keperluan sekolah lainnya. “Sebulan rata-rata hanya bisa mengumpulkan uang Rp 500 ribu, sedangkan kalau sekolah SMP Linda harus punya sepeda untuk ke sekolah. Harga sepeda sekarang paling murah Rp 1,5 juta. Dari mana saya punya uang sebanyak itu?” ungkap Kiding, saat tim Masyarakat Relawan Indonesia (MRI)-ACT di Tanah Bumbu mengunjungi kediamannya, Senin (15/7/2019).
Namun, rupanya rezeki menghampiri Linda. Saat itu, sekitar pukul 07.30 WITA, tim MRI-ACT di Tanah Bumbu bersama Komunitas Fastabiqul Khairat (KFK) menjemput Linda dan ayahnya untuk mendaftar di sekolah SMPN 4 Kusan Hilir. “Alhamdulillah, terima kasih telah peduli kepada kami,” ucap Kiding terbata. Senyum bahagia meliputi wajahnya. Begitu pula Linda, senyum lebar mengembang di wajah bulatnya.
Setibanya di sekolah, Anjar Sufangat selaku ketua MRI Tanah Bumbu langsung menemui Kepala Sekolah SMPN 4 Kusan Hilir Darwis M.Pd. Begitu mengetahui maksud kedatangan tim, Darwis M.Pd pun merespon baik. “Semua biaya administrasi kami gratiskan,” tegas Darwin.
Ucapan Darwis itu melahirkan rona kebahagiaan tak hanya bagi keluarga Kiding, tapi juga para relawan. “Alhamdulillah kebaikan menyelimuti aksi hari ini,” ucap Anjar.
Selepas itu, tim MRI-ACT mengajak Linda ke Pasar Pagatan yang berjarak sekitar 11 km dari sekolah. “Kami ingin membelikan seragam dan perlengkapan sekolah lainnya, termasuk sepeda untuk transportasi ke sekolah,” terang Anjar.
Kegembiraan nampak di wajah Linda. Matanya berkaca-kaca saat mengenakan tas dan sepeda baru yang akan digunakan untuk sekolah nanti. Ia seakan tidak percaya bahwa mimpinya yang sempat akan terhenti kini bisa dirajut kembali.
“Ini adalah kebaikan dermawan, kami hanya menjembatani. Alhamdulillah donasi yang dititipkan bisa merajut kembali mimpi anak-anak yang putus sekolah,” imbuh Anjar. Ia menambahkan, untuk Bunga Dahlia, ia akan didaftarkan ke sekolah paket C agar mendapatkan ijazah.
“Saat ini kami juga bersama MSR – ACT Kalsel sedang menggalang dana untuk memperbaiki rumah keluarga Kiding. Keluarga ini kini tinggal di gubuk ukuran 2x3 meter, kondisinya memprihatinkan jadi harus kita bantu bersama-sama,” tandas Anjar. []
(ACT Kalsel - Retno Sulisetiyani)
Posting Komentar