BERITABANJARMASIN.COM - Diskusi kepemudaan bertajuk 'Refleksi Sejarah G30S/PKI' dilaksanakan dalam agenda BeritaBanjarmasin.com (BBCOM) Talk, Jumat (28/9/2019) di Warung Upnormal, Banjarmasin Utara.
Diskusi mengedepankan bagaimana keterlibatan pemuda, Pancasila dan NKRI di dalamnya. Berdialog bersama tiga narasumber yang dihadiri peserta dari kalangan aktivis dan mahasiswa.
Aktivis kepemudaan Kalsel, M Imam Satria Jati mengatakan anak muda perlu mengubah pola pikir. Cara pandang memberikan arah ke depan dan dilakukan secara komprehensif, seperti melalui pengkaderan dalam menanamkan nilai-nilai yang baik, yang mengutamakan berpikir daripada berstigma.
"Sistem hadir dari penguasa, yang dapat merubah sistem adalah penguasa, sehingga siapa pun yang ingin sistem yang baik harus terjun dan mengetahui politik itu seperti apa," jelasnya.
Dirinya juga mengatakan sejarah merupakan masa lalu yang dalam konteksnya berupa pelajaran yang dapat dipetik hikmahnya.
Sementara itu, Reza Pahlevi, akademisi ULM menguraikan, sejarah sifatnya multitafsir, potret sejarah tersebut yang diliat dari dimensi yang berbeda-beda, banyak versi. Menanggapi refleksi sejarah G30S/PKI, ia menjelaskan Pancasila memberikan tempat agama sebagai salah satu landasan praktik berbangsa dan bernegara. "Pancasila itu tersusun secara hierarki dari makna tinggi ke rendah dan nilai ketuhanan diletakkan pertama," terangnya.
Selain itu mengapa sampai saat ini persatuan dan kesatuan di Indonesia belum sepenuhnya terwujud, karena, kata ia, Pancasila tidak berjalan dengan baik sebagai landasan bernegara.
Disamping itu, Hendra, pengamat ekonomi Kalsel, sekaligus politisi menambahkan, politik jangan dianggap buruk sehingga perlu dihindari, terlebih anak muda. "Justru pemuda sekarang harus dalam memilah informasi dan pentingnya dalam memaknai politik itu sendiri," ujar mantan aktivis mahasiswa ini. (maya/sip)
Posting Komentar