ilustrasi: liputan6 |
Dalam siaran pers BI yang diterima, dijabarkan Kalsel perlu transformasi strategi ekonomi menuju berbasis industri yang dapat mengolah sumber daya alam yang bernilai tambah tinggi (hilirisasi) terutama yang bersumber dari manufaktur olahan produk perkebunan sawit dan turunannya (berbasis CPO), industri perikanan, pariwisata, ekonomi syariah dan ekonomi kreatif (berbasis UMKM).
Dengan adanya transformasi ekonomi yang bertumpu pada hilirisasi SDA dan sumber pertumbuhan ekonomi baru dimaksud diharapkan ekonomi Kalsel dapat tumbuh di atas enam persen, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja, mendorong perolehan devisa dan perbaikan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Untuk implementasi strategi pengembangan ekonomi dimaksud, investasi menjadi faktor kunci penentu arah pertumbuhan, dan salah satu prasyarat utama investasi adalah tersedianya kualitas infrastruktur yang memadai.
Selama satu dekade terakhir ini, Kalsel ketergantungan yang tinggi pada komoditas sumber daya alam (SDA) khususnya komoditas di subsektor pertambangan dan perkebunan. Ketergantungan yang tinggi pada SDA tersebut sangat rentan terhadap gejolak harga komoditas dunia dan kondisi ekonomi negara mitra dagang, selain dampaknya yang kurang baik terhadap lingkungan.
Hadirnya Bandara Internasional Syamsudin Noor menjadi momentum awal yang sangat baik dan akan berdampak positif pada pembangunan dan perekonomian daerah Kalsel secara keseluruhan. Sebagai pintu gerbang di Tanah Banua, keberadaan bandara dimaksud diyakini dapat mendorong sektor pariwisata sebagai sektor andalan ekonomi baru daerah, dan secara khusus peranannya dalam menyongsong tema “Visit Kalsel Year 2020”. Sebagaimana diketahui, pariwisata merupakan sektor yang mempunyai keterkaitan (linkages) yang besar baik ke sektor hulu seperti: sektor pertanian, perikanan, transportasi, dll maupun ke sektor hilir seperti: industri makanan jadi, perhotelan, restoran dll.
Dari segi spasial, Kota Banjarmasin dan Banjar Baru akan memperoleh
dampak positif langsung dengan adanya bandara baru dimaksud, terutama
melalui peningkatan kinerja sektor jasa khususnya pariwisata, perdagangan, transportasi dan komunikasi. Prospek potensi lainnya adalah pengembangan ekonomi syariah di Kalsel seperti Halal Tourism yang dapat dikembangkan lebih baik lagi di masa mendatang dengan adanya bandara internasional dimaksud. Dalam hal ini, konektivitas ekonomi dengan negara-negara mitra dagang. Selain itu, potensi pemasaran produk- produk UMKM Kalsel semakin terbuka luas sejalan dengan adanya kelancaran jalur transportasi dan distribusi.
Beroperasinya bandara dimaksud juga diharapkan dapat menjadi pemicu
semangat untuk terus memperluas pembangunan dan meningkatkan kualitas
infrastruktur dan konektivitas di Kalsel, terlebih dengan keberadaan calon
IKN/ibukota negara baru di Kalimantan Timur, yang berdekatan dengan wilayah
Kalsel.
Namun demikian, komitmen dan kontribusi untuk memajukan perekonomian Kalsel melalui pembangunan infastruktur konektivitas membutuhkan dukungan
dan kerja sama dari semua pihak baik dari aspek teknis (regulasi/perizinan, pertanahan, dll) dan dari aspek pembiayaan. Untuk pembiayaan khususnya, karena keterbatasan postur APBD dan APBN dalam pembangunan infrastruktur dimaksud, kreativitas dan fleksibilitas untuk mencari solusi alternatif di antaranya melalui skema Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), kerja sama dengan pihak swasta dan sumber pembiayaan lainnya. (maya/BI Kalsel)
Posting Komentar