ilustrasi: https://jaringanmedia.co.id/ |
Peningkatan tersebut utamanya didorong ekspor dan konsumsi rumah tangga. Adapun, investasi diprakirakan tumbuh melambat seiring telah selesainya beberapa proyek besar pada tahun 2019 di tengah berlanjutnya berbagai proyek infrastruktur dan swasta.
Secara keseluruhan tahun 2020, inflasi Kalsel diprakirakan tetap terkendali dan berada dalam sasaran inflasi nasional. Kondisi cuaca yang diperkirakan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2019 menjadi salah satu faktor yang mendukung terjaganya pasokan pangan di daerah Kalsel. Di sisi lain tekanan inflasi diprakirakan muncul sejalan dengan rencana pemerintah menaikkan beberapa tarif seperti peningkatan tarif cukai rokok.
Stabilitas sistem keuangan di Kalsel di tahun 2020 diprakirakan juga terjaga
dengan baik. Non Performing Loan (NPL) tercatat masih dalam batas yang aman, meskipun masih diwarnai risiko penurunan harga komoditas utama. Kredit perbankan Kalsel pada tahun 2019 tumbuh tertahan, sementara pada 2020 akan terdorong meningkat seiring dengan turunnya suku bunga dan membaiknya prospek ekonomi.
Sedangkan pada aspek sistem pembayaran, Bank Indonesia (BI) akan terus berupaya menggencarkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) atau less cash society melalui berbagai program elektronifikasi dan digitalisasi transaksi pembayaran di tahun 2020. Hal ini terus diupayakan seiring dengan mulai berlakunya Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) yang diwajibkan bagi seluruh penyedia layanan pembayaran non tunai yang dimulai 1 Januari 2020.
Bank Indonesia juga turut bekerja sama dengan Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) baik bank maupun non bank untuk melakukan kegiatan on boarding kepada merchant yang telah siap implementasi QRIS di mana dari 9.883 merchant yang ada di Banjarmasin, 4.922 merchant di antaranya sudah menggunakan QRIS. (maya/rilis)
Posting Komentar