BERITABANJARMASIN.COM - Menanam tanaman porang ternyata bisa menjadi bisnis menjanjikan di tengah pandemi Covid-19. Itulah bisnis yang kini tengah digeluti salah satu Komisaris PT Mash, H Ali Hasni.
Pada awalnya PT Mash bergerak di bidang penjualan kavling tanah. Namun, sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia khususnya Kalimantan Selatan, membuatnya memutar otak dan memanfaatkan lahan yang ada untuk mencoba menanam berbagai tanaman.
Dari mulai buah semangka hingga cabai sudah ia coba, hingga pada akhirnya dengan melakukan beberapa study ke beberapa tempat melihat di Banyuwangi Ali bersama timnya mendapat informasi tentang tanaman porang.
"Lalu kita mulai mempelajari dan dapatlah kawan-kawan dari jawa yang siap bersama kami membangun PT Mash ini, saling isi kita, kawan yang punya ilmu perkebunan dari jawa tapi mereka kewalahan di lahan," ungkap Ali, Kamis (1/10/2020) pada BeritaBanjarmasin.com
Berawal dari situlah PT Mash mulai fokus untuk membudidayakan tanaman porang. Selain itu, tanaman porang lebih bagus ditanam saat musim hujan tiba sekitar bulan 10, 11, 12 masa tanam.
"Jadi porang ini beda dengan tanaman lain, kalau porang lebih mengikuti musim hujan itulah dari musim tanam sampai musim panen," tuturnya.
Dari masa tanam hingga masa panen memerlukan waktu hingga 6 bulan lamanya, setelah panen tanaman porang akan mengalami yang namanya tidur (dormen), yang mana tubuh bagian atas tanaman akan mati namun bagian bawah masih tetap hidup. "Tumbuh lagi tapi lebih besar, semacam istirahat itu uniknya," tuturnya.
Tidak main-main keuntungan yang dihasilkan dari hasil panen porang pun cukup menjanjikan yakni dari modal Rp150 sampai Rp 200 juta per hektare menghasilkan 1 miliar sampai Rp1,4 miliar.
"Itu sesuatu yang selama ini aku cari, kalau aku tanam semangka modal 15 juta gaji karyawan aja pas-pasan," ucap Ali.
Mahalnya harga porang karena tanaman ini banyak dicari hingga pasar luar negeri seperti Jepang, Vietnam, Korea dan masih banyak negara lain.
Umbi tanaman porang digunakan sebagai pengganti beras disebut beras porang, dijadikan tepung, dipakai sebagai bahan baku kosmetik dan obat.
"Di luar negeri gencar-gencarnya orang berpindah beras ke beras porang, gandum pun sekarang sudah pindah ke beras porang karena tidak mengandung zat pemanis," bebernya.
Tingginya permintaan umbi porang sementara tanaman hanya hidup di wilayah Asia saja, sehingga yang mampu mengadakan bibit dan bahan baku tersebut hanya Asia.
Hal ini juga yang saat ini menjadi fokus PT Mash untuk menyediakan bibit tanaman porang
"Harga porang saat ini kalo untuk bibit di jawa Rp 290 per kilo gramnya, sedangkan di Kalsel Rp130 sampai Rp175 ribu per batang," terangnya.
Tidak hanya itu tanaman porang memiliki sedikit risiko bisa mati karena tidak ada hama karena merupakan tanaman hutan yang tumbuh bebas.
PT Mash juga menyediakan program, yaitu paket pekarangan khusus bagi masyarakat perkotaan yang tidak memiliki lahan, dengan hanya membayar pendaftaran Rp 5 juta sebagai mitra dari PT Mash, sudah mendapatkan 1.000 bibit porang dengan menggunakan polybeg besar sehingga tidak perlu lagi dipindah ke tanah.(Fitri/Puji)
Posting Komentar