BERITABANJARMASIN.COM - Dilansir dari Kompas (3/12/2020), Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam, menyebutkan sehubungan dengan keluarnya keputusan bersama empat menteri, mahasiswa sudah bisa kuliah dengan tatap muka atau masih dalam jaringan (online) di Januari 2021.
Terkait kebijakan menteri Kemendikbud tersebut, Reza Pahlevi, Dosen dan Pengamat Pendidikan ULM ini buka suara "Untuk situasi hari ini yang masih belum ada kepastian, saya rasa lebih baik masih online karena dalam beberapa kajian/penelitian virus covid 19 hingga hari ini berevolusi menjadi semakin ganas dan tingkat penyebarannya semakin tinggi, untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan atau dengan kata lain utk mencegah penularan dan pembentukan kluster penyebaran baru di kampus, selain itu dampaknya ini juga akan berpotensi menyebar ke pihak keluarga warga kampus dan lingkungan sekitarnya".
Kuliah dalam jaringan (online) yang diselenggarakan oleh berbagai kampus pada tahun 2020 karena adanya pandemi Covid-19 meninggalkan beberapa catatan dan harus dievaluasi kedepannya.
Reza Pahlevi menyebutkan ada beberapa tantangan dalam penyelenggaraan kuliah online yang patut digarisbawahi selama ini. *Pertama*, menurunnya gairah belajar karena proses pembelajaran yg cenderung monoton karena keterbatasaan akses ruang gerak selama pandemi ini, sehingga proses pembelajaran/perkuliahan tdk bisa dilakukan secara normal, hal ini tentu juga akan berimbas dengan pola perkuliahan yg lebih banyak mengandalkan komunikasi satu arah (mendengar penjelasan dosen) yang terkesan kaku bahkan terjadi perubahan paradigma kuliah hanya pemberian tugas saja.
*Kedua*, masalah sinyal/kuota, masalah klasik ini akan selalu ada dan menjadi tantangan utama mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran karena infrastruktur jaringan internet di negara kita masih belum merata apalagi perkuliahan online sangat mengandalkan jaringan internet, dan terjadi pembengkakan penggunaan kuota internet walaupun sudah banyak bantuan yg diberikan oleh pemerintah dan lembaga pendidikan akam tetapi masih belum mencukupi kebutuhan akan kuota. *Ketiga*,
etika dan sopan santun ketika proses perkuliahan daring. Ini yg paling banyak mendapatkan soroton dikalangan pengajar karena seolah-olah etika dan sopan santun terabaikan di dalam proses perkuliahan daring. Ada kuliah yg sambil tiduran, sambil nongkrong santai di cafe atau coffee shop dan melakukan akitivitas yg lain. Sehingga ensensi tujuan pendidikan rasanya tidak maksimal angka ketercapainya.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Reza Pahlevi yang juga Pegiat Literasi ini memberikan beberapa catatan solutif dalam perkuliahan online yakni, *pertama*, bagi mahasiswa harus sadar kedudukan dan fungsinya sebagai agen pembelajar dan perubahan karena mahasiswa dituntut untuk senantiasa menjaga konsistensi semangat dalam menggali pembelajaran, maksudnya mahasiswa harus aktif dan tanggap dalam mencari informasi terkait materi perkuliahan. Selanjutnya bagi dosen juga terus dituntut untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya dalam rangka untuk mencari metode, model dan strategi pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan. *Kedua*, pemerintah harus memasifkan program pengadaan sinyal bgi masyarakat yang belum terjama sinyal dan harus memasifkan bantuan pemberian kuota internet bagi mahasiswa dan pelajar. Perlu bimbingan dan kesadaran dari orang tua dan dirinya sendiri dalam pemanfaatan kuota internet. *Ketiga*, mahasiswa perlu paham bahasa mereka orang yang paham akan moral (moralis) sudah sepantasnya perbuatan yang immoral atau tdk sesuai etika itu tidak dilakukan lagi dalam perkuliahan online.
Posting Komentar