Beritabanjarmasin - Era
globalisasi dan disrupsi teknologi informasi dan telekomunikasi membawa
perubahan drastis terhadap perilaku menyimpang dan kenakalan remaja secara
menyeluruh. Mudahnya akses internet dari genggaman jari menghadirkan sajian
konten negatif dari mulai kekerasan fisik, verbal hingga konten-konten berbau
seksual. Bahasa kasar, konten sadis dan kekerasan hingga pornografi tidak
disadari telah menginvasi layar kaca smartphone masing masing remaja di
Indonesia. Dengan berkedok mengikuti lifestyle yang sedang trending,
banyak anak kaum muda mudi yang kemudian melakukan posting konten kekerasan,
hingga berbagai tarian sensual yang menunjukkan bentuk dan lekuk tubuh serta
adegan-adegan seksual.
Sepuluh
tahun lalu, prostitusi, porno aksi dan tindakan kekerasan fisik dan verbal
hanya dapat dijumpai pada lingkungan-lingkungan tertentu, namun sekarang hal
tersebut telah bertransformasi dari lingkungan fisik menjadi bentuk lingkungan
digital yang mudah diakses oleh siapapun termasuk pemuda. Dampak yang
ditimbulkan dari hal tersebut cukup merusak, diantaranya meningkatnya pergaulan
bebas remaja, kenakalan remaja seperti vandalisme dan tawuran serta menurunnya
kualitas prestasi serta daya serap akademik remaja, yang justru penting untuk
menunjang masa depan nya.
Di
Banjarmasin pola pergaulan bebas kemudian memaksa kalangan orang tua untuk
menikahkan anaknya di usia dini, namun hal tersebut justru kemudian menimbulkan
permasalahan lanjut dengan meningkatnya usia perceraian serta angka broken
home dikarenakan labilnya emosi pasangan yang sebenarnya belum siap menikah
atau memiliki perilaku buruk akibat efek dari penurunan moral.
Sedangkan
generasi remaja Indonesia saat ini merupakan harapan tumpuan bangsa Indonesia
untuk dapat lepas landas dengan memanfaatkan bonus demografi di tahun 2030.
Bonus demografi tersebut akan memberikan keuntungan besar bagi Indonesia dengan
syarat jika Bonus Demografi tersebut disusun dengan sumber daya manusia yang
berkualitas pula. Generasi mendatang Indonesia diharapkan dapat menguasai
sektor industri, perdagangan dan ilmu pengetahuan yang akan mengantarkan
Indonesia kepada pintu gerbang emas menjadi negara maju.
Namun
jika generasi mendatang Indonesia tidak memiliki kualitas Pendidikan dan
kemampuan sama sekali, Sebagian besar SDM Indonesia hanya akan menjadi beban
negara dengan rendahnya kualitas hasil kerja dan penguasaan perekonomian.
Ironisnya gaya hidup digital modern seolah-olah akan memberikan kemajuan bagi
generasi muda, namun justru menjadi bumerang yang berbalik mencederai kualitas
generasi muda. Adapun budaya yang diikuti berkiblat pada budaya barat
yang serba bebas melalui pengaruh globalisasi.
Tanpa
disadari bahwa sebenarnya peradaban barat sedang berada pada tepi jurang puncak
kejayaan nya dan akan mengalami degradasi moral akibat peradaban dan budayanya
sendiri. Seperti halnya hipotesis necropolis filosofis Yunani dan konsep
cyberpunk sebagai konsekuensi dari perkembangan teknologi yang tidak
bertanggung jawab, peradaban seperti itu akan menemui dirinya berada pada
keadaan teknologi tinggi dengan segala kemudahan akses namun dengan kualitas
hidup rendah, diwarnai dengan kemiskinan, kejahatan dan kebobrokan moral.
Melihat
hal tersebut Dosen dan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia, yang
tergabung kedalam tim pengabdian masyarakat ketahanan keluarga dan peningkatan
kualitas SDD, berinisiatif memberikan penyuluhan mengenai hukum peranan remaja
dalam keluarga.
Walaupun
di tengah ancaman pandemi COVID-19 tim yang diketuai oleh Bapak Drs. Zainal
Arifin, S.H.,M.H. tersebut tetap bertolak ke Banjarmasin pada 20 November 2020
untuk melakukan penyuluhan kepada 30 orang Guru dan Murid SMA di Kota
Banjarmasin. Kegiatan Pengabdian Masyarakat merupakan keberlanjutan dari
kegiatan penelitian dengan tema sama yang telah berlangsung sejak tahun 2019 di
Provinsi Kalimantan Selatan.
Kegiatan
yang berlangsung selama 4 jam tersebut diisi oleh dua narasumber yaitu yang
pertama ialah Ibu Rimalia S.K.M., M.M beliau adalah putri aseli Banjarmasin
lulusan Universitas Indonesia yang kini berprofesi sebagai konsultan dan
trainer ketahanan keluarga di Banjarmasin. Dalam kegiatan ini beliau
menyampaikan materi mengenai pentingnya peranan keluarga dalam mendidik putra
putrinya dalam usia remaja. Dalam menyampaikan materinya Ibu Rimalia
menggunakan pendekatan Psikologi untuk dapat memberikan pemahaman komprehensif
mengenai bagaimana pola pikir remaja dan pendekatan anggota keluarga serta wali
murid termasuk guru terhadap remaja yang selama ini cenderung keliru.
Setelah makan siang, kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Tree Park Banjarmasin tersebut kemudian dilanjutkan dengan Focus Group Discussion yang dipandu oleh Djarot Dimas Achmad Andaru, S,H. beliau merupakan peneliti Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Dalam kegiatan focus group discussion tersebut diadakan tanya jawab serta diskusi seputar inti permasalahan kenakalan remaja, gagalnya upaya pencegahan serta apa yang seharusnya dilakukan untuk mencegah hal tersebut. Agar supaya memunculkan hasil komprehensif dan tidak bias, maka diskusi dilakukan antara pihak dari pihak Guru sebagai wali murid dan juga dari sisi Siswa Siswi yang memberikan pandangan remaja. Hasil focus group discussion ini nantinya akan dirangkum dalam bentuk rekomendasi kebijakan, serta akan diserahkan kepada Pemerintah Kota Banjarmasin (Rilis)
Posting Komentar