BERITABANJARMASIN.COM - Dalam seminar sastra Aruh Sastra Kalsel XVII di Kabupaten Balangan, dibahas mengenai bahasa Banjar. Ternyata saat ini ada yang namanya persaingan bahasa.
Setelah memiliki unsur asal-usul bahasa dari austronesia, bahasa Banjar menurut Prof Rustam Effendi kemudian diduga berasal dari bahasa Dayak yang kemudian melahirkan beberapa dialek. Seperti dialek kuala dan hulu dalam bahasa Banjar.
Dalam perkembangannya bahasa Dayak yang merupakan cikal bakal bahasa Banjar mulai mengalami perkembangan dengan serapan-serapan bahasa dari austronesia dan lainnya.
Unsur geografis juga memengaruhi. Ada beberapa bahasa serapan yang memengaruhi bahasa Banjar, misalnya saja paray. Paray adalah serapan bahasa asing yaitu free. "Bahasa Banjar juga terpengaruh bahasa serapan dari Jawa," tambahnya.
Potensi didisrupsi bahasa lain. Sehingga menurut Prof Rustam, anak-anak sekarang perlu dibina untuk melestarikan bahasa Banjar.
"Anak-anak sekarang lebih terpengaruh kosa kata bahasa lain. Ini perlu menjadi perhatian, agar bahasa Banjar sebagai bahasa daerah lestari," ujarnya.
Menurutnya dalam skala keluarga dan lokal, bahasa Banjar "wajib" digunakan. Karena bahasa Banjar adalah lambang identitas dan kebanggaan. Serta alat perhubungan dalam keluarga dan masyarakat daerah. "Dalam skala lokal keluarga haram istilahnya menggunakan bahasa selain Banjar," tegasnya. (sip)
Posting Komentar