BERITABANJARMASIN.COM - Daerah perlawanan Barito yang
dipimpin oleh Tumenggung Surapati yang dibantu oleh Suku Dayak berhasil
menenggelamkan kapal perang Belanda. Komandan Van der Velde makin penasaran karena ia
mengetahui bahwa wilayah Barito juga tidak lepas dari daerah perlawanan
Pangeran Antasari dan justru pada saat itu ingin menjebak Pangeran Antasari.
Dengan pengalaman-pengalaman penyerangan pasukan Pangeran
Antasari dimana-mana yang merugikan pihak kolonialis ini, maka ternyata Belanda
tidak dapat menganggap enteng terhadap Pangeran Antasari. Inilah sebabnya
ditawarkan kepada masyarakat luas di tanah Banjar, hadiah sebesar f.10.000,-
(sepuluh ribu gulden) kepada barang siapa yang dapat menyerahkan kepala
Pangeran Antasari kepada Belanda.
Tak seorang pun tertarik dengan hadiah besar dari pihak
penjajah itu. Sebaliknya rakyat terus membantu gerakan ini secara langsung atau
tidak langsung dan penyerangan sering terjadi di sudut-sudut wilayah. Belanda
mengubah sikap dengan bujukan agar Pangeran Antasari sendiri meminta ampun dan
akan dibebaskan dari tuntutan. Sama sekali tawaran itu ditolak Pangeran
Antasari dan bahkan bertekad dalam jihad dengan semboyan ” Haram Manyarah Lawan
Walanda (Haram menyerah dengan Belanda). Karena setiap tawaran itu sudah lagu
lama kolonialis sebagai tipuan semata-mata. Penolakan tawaran ini dengan
kiriman Pangeran Antasari kepada Penguasa Belanda (Gezahhebber) daerah Bakumpai
di Marabahan. tentu saja pihak Belanda semakin penasaran.
Gerakan perlawanan bersenjata terhadap Belanda tidak pernah
sepi, baik yang dipimpin langsung oleh Pangeran Antasari atau oleh
pemimpin-pemimpin setempat di berbagai wilayah. Pada tanggal 8 Februari 1860
dengan 6 buah kapal besi, Belanda mengadakan perondaan di Muara Lahui.
Perondaan ini tidak menguntungkan bagi pihak kolonialis, karena Pangeran
Antasari dengan anak buahnya yang beberapa puluh tentara Belanda. memang lebih
menguasai medan, menyerang dan menewaskan beberapa puluh tentara Belanda.
Lima bulan kemudian, pada bulan Juli 1860 Pangeran Antasari
menyerang benteng Belanda di Batu Mandi yang berhasil menewaskan komandan Van
den Bosch dan Kopral Koudijs serta serdadu lainnya. Pada tanggal 4 Mei 1861
terjadi pertempuran di daerah Paringin yang dipimpin langsung oleh Pangeran
Antasari. Serangan diarahkan ke benteng Belanda dan berhasil menewaskan
komandan Van der Wijck yang digelari orang singa Paringin kerena kebengisannya
terhadap rakyat.
Dua bulan kemudian pada tanggal 1 Juni 1861 Pangeran
Antasari berada di daerah Barito terjadi kembali kontak senjata dengan pasukan
Belanda yang dipimpin oleh Kapten Stocker. Malang bagi komandon Kolonial itu,
karena Stocker tewas bersama beberapa orang anak buahnya.
Sumber : https://kesultananbanjar.id/pahlawan-nasional-pangeran-antasari/
Posting Komentar