Tidak menentunya pasaran Batubara, pemerintah Hindia Belanda yang telah memberikan perhatian pada potensi komoditi lain. Suksesnya tanaman tembakau di Deli, maka dicoba pula untuk mengembangkannya pula di Banjar, tapi hasilnya jauh dari memuaskan.
Bersamaan Dengan waktu pasar dunia sedang dibanjiri oleh permintaan komoditi jenis baru yakni karet, yang diperlukan oleh industri mobil, yang mulai berkembang saat itu. Para pengusaha Eropa mulai membudidayakan karet di daerah Banjar pada tahun 1906. Terdapat tiga daerah perkebunan besar yakni Hayup di Tanjung, Tanah Intan dan Danau Salak di Martapura. Harga karet yang tinggi sebelum Perang Dunia I mengakibatkan perluasan perkebunan karet terutama di daerah Hulu Sungai.
Usaha budidaya karet di daerah Banjar kemudian diperkuat oleh modal-modal asing di luar orang-orang Belanda. Mulai Hayup dan Tanah Intan yang dikelola oleh pengusaha Inggris, sedangkan Danau Salak pada 1917 dikelola oleh Jerman. Setahun sejak menduduki daerah Banjar perusahaan-perusahaan perkebunan karet itu dijual kepada orang-orang Jepang dan sebagian kepada pemilik-pemilik modal Cina
Sumber: Suriansyah Ideham, dkk, Sejarah Banjar
dari instagram @sejarahkalsel.id
Posting Komentar