Ilustrasi Lada, dari suara.com |
Perkenalan pertama orang
Banjar dengan Belanda terjadi ketika beberapa pedagang Banjar melakukan
aktivitas perdagangan di Banten dalam tahun 1596. Akibat sikap sombong
menyebabkan mereka tidak memperoleh lada di Banten.
Sementara itu di pelabuhan Banten berlabuh dua buah jung dari Kesultanan Banjar
yang dibawa pedagang-pedagang Banjar. Dua jung tersebut memuat lada yang
merupakan "dagangan primadona" pada abad ke-17.
Karena tidak memperoleh lada di Banten, maka Belanda merampok lada dari dua
buah jung tersebut. Peristiwa ini, kesan awal orang Banjar terhadap Belanda,
sebagai kesan buruk. Bagi Belanda sendiri, pertemuan dengan orang Banjar
tersebut menambah informasi asal-usul datangnya lada itu, sehingga timbul
keinginan mengetahui daerah Banjarmasin.
Untuk itu, Belanda mengirim sebuah ekspedisi ke Banjarmasin pada 17 Juli 1607
dipimpin Koopman Gillis Michielzoon. Utusan & anggota diajak ke darat,
kemudian seluruhnya dibunuh, harta benda dan kapalnya dirampas. Peristiwa
pembantaian terhadap utusan Belanda dengan anggotanya di Banjarmasin itu,
menyebabkan munculnya bara dendam.
Dalam tahun 1612 secara mengejutkan armada Belanda tiba di Banjarmasin. Rupanya
suatu armada yang disiapkan membalas terbunuhnya ekspedisi Koopman Gillis
Michielzoon tahun 1607. Armada ini menyerang Banjarmasin dari arah Pulau
Kembang, menembaki Kuyin (Kuin), ibukota Kesultanan Banjar.
Penyerangan ini menghancurkan Banjar lama atau Kampung Kraton dan sekitarnya,
yang merupakan istana Sultan Banjarmasin. Karena itu Sultan Mustain Billah,
Sultan Banjar ke-4, bergelar Marhum Penembahan, memindahkan ibukota Kesultanan
Banjar, dari Kuyin (Kuin) yang hancur ke Kayu Tangi atau Telok Selong,
Martapura.
Sumber Narasi: J.C. Noorlander 1935; Goh Yoon Fong, 1969. Sumber Foto:
ilustrasi Buddingh.
Sumber: kitlv & Tropen Museum.
dari Instagram @
Posting Komentar