Sejarah Waduk Riam Kanan, Waduk Terbesar Kalsel yang Diprakarsai Oleh Pahlawan Nasional | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Sabtu, 20 November 2021

Sejarah Waduk Riam Kanan, Waduk Terbesar Kalsel yang Diprakarsai Oleh Pahlawan Nasional

 


Sejarah Waduk Riam Kanan, Waduk Terbesar Kalsel yang Diprakarsai Oleh Pahlawan Nasional

Pembangunan waduk Riam Kanan dimulai pada 1958, diprakarsai Ir. P. M. Noor yang merupakan Gubernur pertama Kalimantan dan mantan Menteri Pekerjaan Umum di era Presiden Soekarno (Orde Lama).

Setelah eksplorasi awal tahun 1958, pembangunannya dimulai secara resmi tahun 1963 dan selesai pada tahun 1973. Pembangunan megaproyek yang menelan korban jiwa dan insiden penenggelaman kampung di Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar.

Sempat terkendala karena peristiwa G30 S tahun 1965-1966, pembangunan ini dilanjutkan pada masa Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto. Waduk tersebut akhirnya selesai. Kemudian diresmikan oleh Presiden Soeharto yang datang ke Banjarmasin pada 30 April 1973.

Dalam buku “Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968-23 Maret 1973” dituliskan bahwa pada hari Senin, 30  April 1973, Presiden Soeharto meresmikan bendungan dan PLTA Riam Kanan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Dalam upacara peresmian tersebut, Nyonya Tien Soeharto melepaskan bibit-bibit ikan di Bendungan Riam Kanan.

Selesai upacara peresmian Presiden memberikan penghargaan kepada beberapa orang karyawan proyek yang mengalami kecelakaan selama dalam melaksanakan tugasnya. Kemudian dengan berkendaraan mobil, Presiden Soeharto bersama rombongan akan meninjau Power House PLTA Riam Kanan.

Bendungan ini kemudian berubah nama menjadi PLTA Ir.P.M.Noor,pada 19 Januari 1980.

Waduk Riam Kanan merupakan waduk terbesar di Kalimantan Selatan yang ada di desa Aranio, Kabupaten Banjar. Pembangunannya memakan waktu selama 10 tahun ini dibangun dengan membendung 8 sungai yang bersumber dari Pegunungan Meratus.

Hingga akhirnya, ada 9 desa yang kemudian ditenggelamkan di area seluas 9.730 hektare tersebut. Karena ditenggelamkan, akhirnya penduduknya menyebar ke Desa Tiwingan Lama, Tiwingan Baru, Liang Toman, Kalaan, Banua Riam, Bunglai, Bukit Batas, Apuai, Rantau Bujur, Balangian dan lain-lain.

Sumber
Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968 - 23 Maret 1973

Narasi: Mansyur, S. Pd., M. Hum

Dari Instagram @sejarahkalsel.id



Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner