Penamaan Kayutangi
sekarang (yang kemudian berganti nama menjadi jl. Brigjend H. Hassan Basry
disinyalir mulai ada sejak era Pelita I tahun 1968-1973. Tepatnya sejak tahun
1970 pembangunan pemukiman dan seiring dengan itu jalan-jalan diperlebar dan
diperpanjang arah ke Barito Kuala.
Mulai ada penamaan jalan Kayu Tangi yang pada area
kiri dan kanannya dibangun pemukiman Kayu tangi I dan II sebagai realisasi dari
proyek perumahan rakyat. Gedung-gedung juga dibangun pada jalan ini seperti
gedung Universitas Lambung Mangkurat, Rumah Sakit Jiwa dan SPSA.
Untuk nama kayutangi sebenarnya jauh lama sejak
abad ke 17, sejak Sultan Mustainbillah menjadi Sultan Banjar, jaraknya
diperkirakan 80 mil dari Sungai Banjar (Sungai Barito). Lokasi Kayutangi kalau
di masa Kesultanan di sebelah barat Martapura.
Akibat konflik dengan VOC tahun 1612 yang membumi
hanguskan Keraton di Kuin, Sultan Mustainbillah terpaksa menyingkir dan
memindahkan pusat pemerintahan ke Martapura, tepatnya di Kayu Tangi. Alasannya
tanahnya bertuah, tempatnya jauh di pedalaman, sehingga orang asing sulit untuk
menyerang
Sungai Martapura sebelumnya namanya adalah Sungai
Kayutangi (Kajoe Tangi). Menurut (alm) Yusliani Noor penamaan kayutangi ini
karena di sekitar sungai di lokasi Kayutangi dahulu banyak terdapat kayu yang
nama kayunya adalah tangi.
Karena itu sesuai dengan kebiasaan urang Banjar
bahari menamakan tempat dengan vegetasi alam di sekitar sungai itu, sehingga
dinamakan wilayah Kayutangi. Sebenarnya ejaan awal/penulisannya adalah Kayu
Tangi.
Untuk penamaan wilayah Kayutangi sekarang (Jl
Brigjend H Hasan Basry) ada dua versi yakni sejak dulu di wilayah ini banyak
terdapat kayu bernama tangi. Kemudian versi kedua penamaan setelah era
pembangunan Pelita I tahun 1968-1973.
Sumber foto: https://www.skyscrapercity.com/; Wikipedia
Dari Instagram @sejarah.banjar
Sumber artikel asli : https://www.instagram.com/p/CR1LpVbgCZF/
Posting Komentar