BERITABANJARMASIN.COM - Tak hanya berdampak pada kerusakan jalan, banjir yang terjadi selama sepekan juga mengancam kualitas air bersih PDAM Bandarmasih.
Direktur Operasional PDAM Bandarmasih, Supian mengakui saat ini kualitas air baku memang mengalami peningkatan. Tapi masih dalam ambang batas standar, sehingga tetap dikelola PDAM Bandarmasih.
“Semoga aja tidak naik lagi, kalau ada air bah atau lumpurnya turun banyak, bisa jadi masalah," paparnya, Rabu (15/12/2021).
Supian mengatakan bahwa pihaknya harus memutar otak untuk tetap bisa memproduksi air bersih untuk semua pelanggan. Ia mengatakan bahwa pihaknya dapat mengembalikan kualitas air bersih.
Asalkan, tingkat kekeruhan sumber air baku akibat banjir rob bisa diolah menjadi air bersih maksimal 250 NTU. "Jika masih keruh, maka akan dicampur dengan air irigasi kawasan Intake Pematang Panjang," jelas ia.
Untuk diketahui, NTU adalah satuan standar untuk mengukur kekeruhan. Air dapat dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tercampur sehingga memberikan warna atau rupa yang berlumpur dan kotor.
Sementara itu, Manager Produksi IPA 2 Pramuka Murdadi menegaskan tantangan PDAM Bandarmasih kedepannya akan semakin sulit. Kualitas air baku Martapura semakin menurun tiap tahunnya.
Kekeruhan (Turbidity) ini terjadi karena banjir kiriman dari hulu ke hilir, kualitas air bakunya sangat jelek.
Bahkan, karena terlalu keruh, alat yang dimiliki PDAM Bandarmasih pun sampai error dan tidak mampu membaca kadar kekeruhannya. “Kekeruhan bisa mencapai 1000 NTU,” ujarnya.
Dalam standar PDAM Bandarmasih sendiri harus memenuhi 32 parameter yang dianalisa. Sementara untuk air yang mencapai rumah pelanggan harus memenuhi empat parameter yakni pH, turbidity (kekeruhan), warna dan sisa klor.
Alat yang dimiliki perusahaan air minum itu sendiri hanya mampu mengurangi 250 NTU, karena memang di desain untuk turbidity yang sangat rendah.
Misalnya terjadi 1000 NTU, maka pengolahan kami kesulitan, tidak mampu mengolah, otomatis dikurangi dengan menurunkan debitnya, apabila biasanya mengolah 1700 maka diambil 50 persen.
Air yang diambil 50 persen itu kemudian dicampur dengan air irigasi, sehingga yang tadinya kekeruhan mencapai 1000 NTU bisa turun hingga 2250. “Turbidity-nya masuk batas maksimal yang bisa kita olah,” imbuhnya.
Ia menyampaikan masyarakat tak perlu khawatir kalau air akan keruh ataupun berlumpur disaat curah tinggi seperti ini, karena yang sampai ke tempat pelanggan sudah dipastikan bersih dan layak pakai sesuai Permenkes.
Dari awalnya 1000 NTU, PDAM Bandarmasih berhasil mengurangi angka tersebut agar sesuai dengan Permenkes yang mengatur batas maksimal di 5 NTU. “Bahkan di bawah itu, kami bia mengolah hingga mencapai 1,5 NTU,” cetusnya. (arum/sip)
Posting Komentar