Ilustrasi kapal jukung © interaktif.kompas.id |
Jukung patai sering kita Jumpai pada para pedagang pasar
terapung. Berfungsi untuk memuat hasil hasil pertanian seperti gumbili, waluh,
sumangka, jagung dan sebagainya. Selain itu juga berfungsi sebagai angkutan
atau tumpangan untuk menyeberangkan orang. Jukung ini digerakan oleh satu orang
pendayung dan sekarang sudah beralih dengan tenaga mesin yang disebut kelotok
Proses Pembuatan
Jukung patai dibuat dari batang kayu bulat yang tidak
dibelah dua, panjangnya sesuai dengan Panjang jukung yang diinginkan. Batang
kayu bulat dikerjakan disebut dengan “menampirus”. Yaitu memberi bentuk Haluan dan
buritan jukung.
Badan jukung yang mulai berbentuk diberi beberapa “mata
kakap” dengan bor. Selanjutnya dikerjakan “maubang” yaitu menggosokan bagian
dalam badan jukung sampai pada batas ketebalan lambung jakung yang dikehendaki.
Badan jukung selanjutnya di “dadang” atau dipanggang diatas api.
Sambil didadang (panggang) badan jukung dipukul pukul,
tukang jukung yang sudah berpengalaman mengetahui persis dari bunyi pukulan
sebagai tanda sempurna atau belum. Selanjutnya pekerjaan “membangkilis” yaitu
mengikat pangkal dan ujung jukung agar tidak pecah ketika dibuka.
Jukung yang sudah dianggap masak dipanggang, dibuka secara
perlahan lahan. Setelah jukung dibuka, baru dikerjakan “menagas” yaitu memberi
bentuk. Antara lain membentuk sampung, marubing, atau meninggikan badan jukung
termasuk pekerjaan pekajangan dan pekerjaan jukung patai selesai.
Sumber
Agus triatno. 1997/1998. Perahu Tradisional Kalimantan Selatan,
Banjarbaru : Museum Negeri Lambung Mangkurat Provinsi Kalimantan Selatan
Erik Petersen, 2000, Jukung Boats From The Barito Basin,
Borneo
M. Suriansyah Idehan, dkk. 2005, Urang Banjar &
Kebudayaannya
Dari Instagram @sejarahkalsel.id
Posting Komentar