Sumber foto : Tropisch-nederland, 1929, dari apahabar.com |
Pada tahun 1900an, gangguan buaya begitu meraja lela di
Kalimantan Selatan, termasuk Banjarmasin. Tingginya intensitas ganguan buaya
inilah yang membuat orang Banjar di Kween (Kuin), Banjarmasin, serta daerah
lainya, membuat Teknik peangkapan buaya yang dinamakan maalir.
Apa itu maalir? Dari beberapa sumber dipaparkan bahwa maalir
layaknya memancing buaya dengan pemancing besar. Ini dilakukan oleh paaliran
atau seorang pawang buaya yang mempunyai ilmu khusus dalam menjinakkan buaya.
Maalir buaya biasa dilakukan Ketika terdapat penduduk yang
ditangkap buaya atau buaya yang mengganggu penduduk di suatu kampung. Untuk
menangkap buaya, tak hanya peralatan pada umumnya yang digunakan, paaliran juga
membawa peralatan magis.
Paaliran (orang yang memimpin penangkapan buaya) memakai
pakaian berwarna kuning dan laung saat maalir. Alir yang di beri umpan makanan
buaya ditempatkan di dalam rakit kecil dan diletakkan di sungai tempat buaya
berada. Paaliran menjadi pemimpin pemburuan.
Jika terkena perangkap , alir ditarik dengan perahu menyeret
buaya oleh paaliran dan rombongan, kemudian dibunuh. Harus dikerjakan dan
dipimpin oleh paaliran. Karena hanya paaliran yang mempunyai ilmu untuk menundukkan
buaya.
Sumber : Buku “BANDJARMASIN TEMPO DOELOE” karangan Mansyur, S.Pd, M.Hum, Sub Judul "Perang Warga Banjarmasin Vs Monster Sungai : Kisah Dibalik Munculnya Paaliran Buaya", Halaman 164
Posting Komentar