Sejarah Teror Buaya di Banjarmasin, Dari Sayembara, Hingga Lahirnya Teknik "Paaliran" Menangkap Buaya | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Jumat, 24 Desember 2021

Sejarah Teror Buaya di Banjarmasin, Dari Sayembara, Hingga Lahirnya Teknik "Paaliran" Menangkap Buaya

 

Sumber foto : apahabar.com

Munculnya buaya menjadi kisah tersendiri di balik liuk-liuk sungai di Banjarmasin. Reptil bertubuh besar ini sempat meresahkan warga di pesisir sungai Barito akibat berbagai aksinya. Puncaknya dalam kurun waktu 1926- 1930. Pemerintah Hindia Belanda bahkan membuat sayembara: hadiah akan diberikan kepada siapapun yang berrhasil menangkap buaya.

Pemburuan crocodylus raninus (buaya) semakin meningkat setelah warga tahu kulit buaya dapat dijual. Carl H. Boehringer pada 1932 menuliskan, terdapat beberapa perusahaan skala kecil yang bergerak di bidang pengolahan kulit reptile dan kulit binatang lain di Banjarmasin. Seperti perusahaan Firma Neuffer dan Borneosche bont dan Lenderindustrie Bandjermasin, Borneo

Berbagai media menurunkan sejumlah peristiwa mengerikan terkait sepak terjang buaya. Tilburgsche Courant dan Algemeen Handelsblad edsi 6 April 1926 serta Limburger koerier edisi 9 April 1926, melaporkan bahwa penduduk Bernama Amit diseret buaya ke dalam sungai. Saat itu Amit beserta istrinya baru saja Kembali selepas menikmati pertunjukan di bioskop di Banjarmasin. Musim hujan membuat jalanan melumpur. Mereka membersikan kaki di sungai di belakang rumah. Tiba tiba, seekor buaya muncul menangkap kaki amit, dan menyeret kedalam sungai. Sempat terjadi tarik menarik antara buaya dan istri Amit yang sigap menyelamatkan suaminya

Peristiwa serupa terjadi pada pertengahan tahun 1928. Seorang penduduk Banjar di kampung Taluk Dalam, Bandjermasin, sedang mandi di sungai di depan rumahnya sekitar pukul 7.30 malam. Tiba-tiba, buaya menyerang dan korban tersikap serta langsung berteriak minta tolong. Pada saat mendengar teriakan korban, penduduk bergegas menghampirinya. Untungnya, tidak ada korban jiwa saat itu. Dengan kondisi berdarah dari banyak luka, pria malang itu segera diangkut kerumah sakit. Demikian dituliskan koran De Sumatra Post edisi 10 Mei 1928.

Setahun kemudian, pemberitaan dikoran kembali ramai dengan kisah pergulatan manusia dan buaya seperti yang di tulis di koran Soerabaijasch handelsblad edisi 15 Maret 1929. Seorang penduduk Bernama lima di sergap buaya pada suatu malam di Banjarmasin. Pria itu baru saja hendak Kembali ke rumah selepas acara syukuran. Setelah selesai acara , dia ingin melangkah keperahu kecil yang terletak di sungei Wilhelmina (Sungai di Kawasan Belitung sekarang). Tibatiba, buaya datang menyambar dan menyeret kedalam air.

Lima berteriak meminta tolong. Karena belum seluruh penduduk pulang setelah syukuran selesai, maka segera menyelamatkan Lima. Sayang, semua sudah terlambat. Buaya dengan cepat membawa badan Lima ke dasar air. Semua penduduk malam itu telah mencari keberadaan tubuh lima, tetapi tidak ditemukan.

Buaya sudah merambah kekawasan perkotaan di Banjarmasin yang padat penduduk, oleh karena itu kejadian buruk serupa sering terjadi, penduduk dianjurkan untuk selalu membawa pisau kecil Ketika berpergian. Alasannya , hewan berdarah dingin itu mengintai

Buaya ternyata tidak pandang bulu. Tidak mengenal usia. Anak kecil menjadi korban keganasannya di Banjarmasin. Pada suatu sore, sekitar jam 5 dikampung Telok Dalam, tidak jauh dari pusat kota Bandjermasin, berdekatan dengan rumah kepala kampung, seotang anak perempuan berumur 10 tahun disambar buaya kecil diabagian paha. Kondisi air sungai saat itu sangat dangkal sehingga menyulitkan buaya menarik mangsa kedalam air.

Ketika buaya itu melonggarkan gigitanya, anak perempuan menarik kakinya yang terluka kebelakang dan menjerit dengan keras. Untungnya buaya tersebut tidak Segera mungkin menyambar sehingga dia bisa melarikan diri dari sungai. Luka yang ditimbulkan oleh gigi dan kuku buaya tidak berbahaya. Pada malam yang sama, si anak kemudian di pindahkan kerumah sakit militer untuk diobati. Demikian diberitakan D Indische Courant 29 Januari 1931 dan De Sumatra Post edisi 3 Februari 1931.

Pada tanggal 19 Maret 1931, Nieuwe Tilburgshe Courant juga memberitakan dengan headline “Banjarmasin darurat buaya”. Dua nelayan muda dikampung bernoea Anjar (Banua Anyar) menangkap ikan menggunakan jaring di perahu kecil sekitar pukul 11 malam. Dalam terang cahaya bulan, mereka menyeberangi sungai dengan lebar hampir 100 meter. Di bagian belakang perahu, duduk pendayung yang langsung memperingatkan temanya Ketika buaya besar berenang menuju perahu mereka

Pendayung berusaha menghalau buaya. Namun, kibasan buaya membuat perahu terbalik. Buaya menyergap salah satu nelayan dan membawa kebagian sungai yang dalam. Sementara nelayan lain berenang dan berhasil mencapai tepian sungai tanpa terluka. Dua hari kemudian, jasad korban di temukan mengambang beberapa kilometer dari posisi mereka sebelumnya di sungai.

Tingginya intensitas ganguan buaya inilah yang membuat orang Banjar di Kween (Kuin), Banjarmasin, serta daerah lainya, membuat Teknik peangkapan buaya yang dinamakan maalir. Dari beberapa sumber dipaparkan bahwa maalir layaknya memancing buaya dengan pemancing besar. Ini dilakukan oleh paaliran atau seorang pawang buaya yang mempunyai ilmu khusus dalam meninakkan buaya.

Maalir buaya biasa dilakukan Ketika terdapat penduduk yang ditangkap buaya atau buaya yang mengganggu penduduk di suatu kampung. Untuk menangkap buaya, tak hanya peralatan pada umumnya yang digunakan, paaliran juga membawa peralatan magis.

Paaliran memakai pakaian berwarna kuning dan laung saat maalir. Alir yang di beri umpan makanan buaya ditempatkan di dalam rakit kecil dan diletakkan di sungai tempat buaya berada. Paaliran menjadi pemimpin pemburuan.

Jika terkena perangkap , alir ditarik dengan perahu menyeret buaya, kemudian dibunuh. Harus dikerjakan dan dipimpin oleh paaliran. Karena hanya paaliran yang mempunyai ilmu untuk mmenundukkan buaya.

Sumber : Buku “BANDJARMASIN TEMPO DOELOE” karangan Mansyur, S.Pd, M.Hum, Sub Judul "Perang Warga Banjarmasin Vs Monster Sungai : Kisah Dibalik Munculnya Paaliran Buaya", Halaman 164

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner