Sering meneror Warga Banua, Sayembara Buaya Pun Digelar Pemerintah Belanda | Berita Banjarmasin | Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin

Jumat, 24 Desember 2021

Sering meneror Warga Banua, Sayembara Buaya Pun Digelar Pemerintah Belanda

Sumber foto : apahabar.com

Tercatat tahun 1858, ancaman buaya sungai di Banjarmasin dan sekitarnya sangat mematikan. Wajar bila Boomgard (2001) menulis bahwa buaya menjadi penyebab kecelakaan paling sering di borneo bagian selatan. Buaya kerap memangsa manusia, ternak, hingga hewan peliharaan.

Kondisi ini tentunya memusingkan pemerintah Hindia Belanda. Lalu pada 1858, pemerintah Hindia Belanda mulai memberlakukan premi untuk orang yang bisa menangkap dan membunuh buaya serta menyerahkan telur buaya untuk dimusnahkan. Sayangnya program ini tidak berjalan dengan baik. Karena buaya dianggap sakral oleh masyarakat Banjar dan Dayak.

Namun kesakralan itu mulai tergerus sejak meningkatnya harga kulit buaya sekitar tahun 1925. Perburuan buaya pun meningkat dengan pesat. Naiknya harga kulit disertai misi “balas dendam” seakan jadi motivasi urang Banjar mulai berburu buaya di aliran Sungai Barito. Bahkan di Banjarmasin ditahun 1932 berdiri beberapa perusaahaan skala kecil yang bergerak dibidang pengolahan reptil dan kulit binatang lain.

Uniknya, orang Belanda pun seakan benci dengan reptil ini. Pemerintah Hindia Belanda bahkan membuat sayembara kepada siapapun yang berhasil menangkap buaya.

Sumber : Buku “BANDJARMASIN TEMPO DOELOE” karangan Mansyur, S.Pd, M.Hum, Sub Judul "Monester Sungai : Epos Pemangsa Paling Ditakuti Warga Banjarmasin", halaman 156

 

 

Posting Komentar

favourite category

...
test section describtion

Whatsapp Button works on Mobile Device only

close
pop up banner