Menurut riwayat, Datu Kalampayan diberi sebidang tanah oleh Sultan Banjar. Ditanah itu kemudian dibuka pusat pendidikan agama yang kemudian dikenal sebagai daerah "Dalam Pagar"
Disitulah pertama kali dikenal suatu pendidikan Islam yang mirip dengan pesantren pada masa sekarang. Walaupun pada zaman itu belum ada istilah pesantren.
Dari Dalam Pagar lah kemudian lahir banyak ulama besar dan terkenal yang menyebar ke seluruh Kalimantan dan luar Kalimantan. Seperti Riau, Malaysia, Fatani dan sebagainya. Umumnya mereka muncul sebagai Mufti atau Qodhi.
Diantara ulama besar lahir dan dididik di Dalam pagar adalah Syekh Abdurrahman Shiddiq Al Banjari. Beliau dikenal juga dengan nama Datuk Sapat. Beliau ulama besar dari Dalam Pagar yang menjadi Mufti di Kesultanan Indragiri. Beliau menuntut ilmu di Makkah selama 7 tahun. Beliau adalah putra dari Shafura, Shafura anak dari Mufti Arsyad Lamak Pagatan, Mufti Arsyad Lamak anak dari Mufti M. As'ad, Mufti As'ad anak dari Syarifah, Syarifah Putera Datu Kalampayan.
Ada juga Tuan Guru Zainal Ilmi. Beliau lahir di Dalam Pagar dan banyak berguru kepada Ulama dalam pagar, seperti K.H. Ismail, K.H. Ahmad Nawawi, K.H. Khalid dan banyak lagi. Beliau memiliki hubungan khusus dengan Syekh Abdurrahman Shiddiq (Datu Sapat, yaitu Beliau adalah Khalifah (penerus/pengganti) Datuk Sapat yang pindah ke Indera Giri
Sumber :
buku Sejarah Banjar Balitbangda Provinsi Kalsel oleh penerbit Ombak Yogyakarta. Sub judul "Riwayat hidup Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari" halaman 231
buku "Datu Datu Terkenal Kalimantan Selatan". Terbitan "Sahabat" Mitra Pengetahuan 2013. Sub judul "Datu Sapat Tambilahan", halaman 128
Buku "Datu Datu Terkenal Kalimantan Selatan". Terbitan "Sahabat" Mitra Pengetahuan 2013. Sub judul "Datu Zainal Ilmi", halaman 115
Posting Komentar