Wadai (kue) masubah yang cukup "langka" di Banjarmasin dan pisang salambuak menjadi sarana penjemput rezeki bagi Ibu Raudatul dari utara Banjarmasin. Di masa pandemi, wadai masubah menjadi asa baginya untuk menambah pendapatan keluarga.
Rumseh | BANJARMASIN | BERITABANJARMASIN.com
Tangan Ibu Raudatul terlihat cekatan memotong kue yang dipesan pembeli. Matanya fokus dan sesekali menjawab perbincangan sore itu. Maklum saja, di masa pandemi, jarang pembeli ramai berdatangan seperti layaknya kondisi normal.
Bukan waktu yang singkat, Ibu Raudatul yang biasa disapa Ibu Atul ini sudah dua tahun terpaksa vakum dari kemahirannya mengolah berbagai macam kue tradisional dikarenakan pandemi Covid-19.
Memasuki usia 44 tahun, ia mengaku sangat antusias dan semangat menjual beragam kue hasil keterampilannya di Kawasan Wisata Kuliner (KWK) Mawarung Baimbai, Jalan Meseum Perjuangan, RT 14, Kelurahan Sungai Jingah, Kecamatan Banjarmasin Utara.
Sebenarnya, sudah belasan tahun Ibu Atul menggeluti usaha kue tradisional Banjar, seperti kue masubah yang sangat jarang bisa ditemukan. Kini bisa ia merasakan kembali suasana berjualan dan menyapa pembeli dengan tetap menggunakan protokol kesehatan.
Menurut ibu tiga orang anak ini, berjualan kue tradisional khas Banjar merupakan bentuk ikhtiarnya memenuhi kebutuhan sehari-hari membantu sang suami, bersama keluarga kecilnya.
"Alhamdulillah KWK Mawarung Baimbai kembali dibuka, saya sangat senang," tuturnya, saat ditemui di stan jualannya, Minggu (22/1/2022).
Berbagai macam kue khas Banjar ia tampilkan, tentu saja menggoda selera. Kue masubah menjadi andalan Ibu Atul, karena kue ini jarang sekali ditemui di warung atau rumah makan lainnya di Kalsel.
Agak sedikit misterius, karena menurutnya, kue masubah dibuat dengan resep rahasia keluarga. Jelas saja, narasi semacam ini membuat pengunjung jadi penasaran untuk mencoba.
Berbahan dasar tepung dan telur, ia menerangkan perlu kesabaran ekstra untuk membuat kue yang berlapis itu. Meski bentuknya agak mini namun rasa yang manis dan bertekstur lembut membuat kue masubah banyak diburu. "Karena masih banyak orang tidak tau dan penasaran mencicipi wadai (kue) ini," katanya.
Tak hanya menjual kue masubah ia juga menjual kue berbahan dasar pisang yang dimasak dengan cara merebusnya di atas api kecil, yakni pisang salambuak.
Kue apalagi ini? Ternyata pisang salambuak cukup diburu di kalangan pengunjung yang datang. Sehingga dua jenis kue tersebut laris manis dibeli pengunjung.
Warga Kelurahan Sungai Jingah ini juga mengatakan selama ini ia mendapatkan bantuan pembinaan dari Pemkot Banjarmasin untuk mengembangkan usahanya.
Ia berharap dengan dibukanya kembali KWK Mawarung Baimbai, bisa mendorong geliat berkembangnya UMKM di kota seribu sungai. Sekaligus melestarikan warisan budaya kuliner di masyarakat Banua. (arum/sip)
Posting Komentar