Sumber foto twitter.com/potretlawas dan https://ceritaparawali.wordpress.com/ |
Bak cerita film layar lebar, 19 Ramadhan 1280 H (27 Februari
1864 M) menjadi episode tragis perlawanan Demang Lehman, demi kemerdekaan banua
dari cengkeraman kolonialis.
Sebelum dihukum mati pada sore hari, Demang Lehman sempat
difoto dua hari sebelumnya pada 25 februari 1864 di Benteng Tatas (sekarang
Masjid Sabilal Muhtadin Banjarmasin). Demang Lehman difoto Auditor-Militer
Hindia Belanda.
Demang Lehman pun tidak memberontak atau melarang ketika
perwakilan Pemerintah Hindia Belanda mengambil fotonya. Dalam kondisi berpuasa
dengan tenang beliau duduk di kursi kayu sambil terjerat tali.
Bukannya merasa keberatan difoto, malah sebaliknya, dia
tampaknya lebih senang dengan itu. Waktu difoto Demang dalam dalam kondisi
terikat. Berbadan kecil tapi kekar, mengenakan pakaian buruk (compang camping),
kedua tangan, sebelah kaki dan leher terikat tali.
Duduk di kursi dengan dudukan anyaman rotan terpadu dengan
kursi kayu bermotif. Tali menurut sebagian masyarakat dari bahan haduk (ijuk)
dan di tangannya terikat kayu. Kayu menurut sebagian versi adalah nisan
kuburan/makam untuk melenturkan "ilmu kedigdayaan" Demang Lehman.
Setelah vonis ini, maka dibuat pemberitahuan kepada komandan
pasukan, juga Asisten Residen di Martapura, dan perwira militer di dewan
pengadilan untuk membawa Demang Lehman di bawah pengawalan ketat, tepat waktu.
Pada pagi buta, Demang Lehman diangkut dengan Kapal “Sailoos” ke Martapoera
(Martapura) .
📷 KITLV
Narasi : Meyners, Bijdragen tot de Geschiedenis van het
Bandjermasinsche Rijk (Sumbangan untuk Sejarah Kesultanan Banjar) 1863-1866,
terbitan E.J. Brill, Leiden, Belanda.
Dari instagram @sejarah.banjar
Link artikel asli : https://www.instagram.com/p/CQvYf8Cgl2y/
Posting Komentar