Sumber foto : bjn.wikipedia.org
Sejak terusir pada tahun 1707, orang-orang Inggris mencoba datang kembali ke Banjar pada tahun 1713. Mereka berharap kurangnya persediaan lada dari Malabar bisa dipenuhi oleh Banjar.
Mereka berusaha meyakinkan Sultan Aria Alam atas kedatangannya untuk mengadakan kembali hubungan perdagangan, dan tidak untuk membicarakan peristiwa tahun 1707 sebelumnya.
Kapal-kapal Inggris kesulitan mendapatkan lada karena persaingannya dengan pedagang lain yang datang setiap bulan Maret dengan harga lebih tinggi.
Pada September tahun 1714, tak lama sebelum kapal Eagle Gallery dan Borneo sampai di Tatas, pedagang-pedagang Inggris hanya dapat mengumpulkan sedikit lada. Berbeda dengan beberapa bulan setelahnya, ketika muatan mereka penuh saat berangkat dari Banjarmasin, 10 Desember 1714.
Pada waktu pelabuhan Tatas terancam serangan pedagang luar Banjar, para penguasa Banjar menghendaki agar kapal-kapal Inggris tidak meninggalkan pelabuhan. Agar bisa membantu mempertahankan pelabuhan itu.
Namun Reid salah seorang wakil dari pedagang-pedagang Inggeris menyatakan, bahwa mereka bersedia tetap menempatkan kapalnya di pelabuhan Tatas jika mereka bisa membeli lada seharga 4 3/4 dolar per pikul seperti armada Eagle dan Borneo.
Namun para pangeran Banjar mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai kuasa mengatur harga lada di pelabuhan bebas seperti Tatas.
Disamping itu mereka juga tidak bisa melarang pedagang lada menjual ladanya ke pedagang individu dan perusahaan.
Orang-orang Inggris tidak dapat mengatur harga seperti ketika mereka mempunyai kekuatan penuh di Banjar. Harus tunduk kepada kondisi, yakni membeli lada dengan harga dari pedagang Banjar.
Sumber : Sahang Banjar, Mansyur, S.Pd,M.Hum, dkk.
Dari instagram @sejarahkalsel.id
Link artikel asli : https://www.instagram.com/p/CClGHzMAMEK/
Posting Komentar