Tumenggung Surapati adalah salah satu tokoh pejuang perang Banjar dari Suku Dayak Siung. Sebagai pejuang, tentunya keluarga beliau turut menjadi incaran penjajah Belanda.
Keluarga kesultanan Banjar dibuang ke Bogor. Sedangkan keluarga para pejuang Dayak dibuang ke daerah Bengkulu. Khususnya keluarga dari pejuang Tumenggung Surapati selepas kematian beliau.
Tumenggung Surapati selama perjuangannya selalu berpindah pindah. Kadang beliau ada di hilir Bakumpai. Tapi terkadang ada dihulu sekitar Manawing. Hingga penjajah Belanda sangat kebingungan akan hal ini.
Penjajah Belanda sempat memperalat salah suku Dayak lain untuk menangkap Tumenggung Surapati. Bahkan kepala suku Dayak yang berkhianat ini diberi Letnan Kolonel karena keberanian. Namun ketika berhadapan dengan Tumenggung Surapati, dia selalu mengundurkan diri
Pertempuran dan perjuangan bertahun tahun melawan Belanda membuat fisik nya semakin tua, melemah hingga jatuh sakit. Setelah menderita sakit yang agak lama, Tumenggung Surapati wafat sebagai Kusuma bangsa pada tahun 1875.
Perjuangan Tumenggung Surapati dilanjutkan oleh anak beliau yang bernama Pangeran Jidan. Pangeran Jidan meneruskan perjuangan bersama anak dari Pangeran Antasari yang bernama Sultan Muhammad Seman. Keduanya sama sama meneruskan jejak ayah ayah mereka semua yang bekerja sama dalam menghadapi penjajah Belanda.
Sumber : buku Sejarah Banjar Balitbangda Provinsi Kalsel oleh penerbit Ombak Yogyakarta. Sub judul "Pangustian di Gunung Bondang" halaman 360-361
Posting Komentar